Di Tempat Yang Maha Tinggi
Sebentar..
Lampu itu kenapa bergoyang? Tempat tidur pun mulai berderit. Oh tidak! Ini gempa! Ini pasti gempa!
Ibuku segera membangunkan Ayahku disampingnya. Menjelaskan secara singkat apa yang sedang terjadi. Mereka segera beranjak dari tempat tidur. Keluar dari kamar untuk membangunkan cucu-cucunya yang sedang menginap di rumah. Orang tua mereka sedang berlibur ke Jerusalem untuk merayakan Paskah di sana. Anak-anak pun segera dibawa keluar dari kamar.
Dan.. *zzzztt!!*
Lampu padam. Listrik padam. Semua gelap. Setibanya di pekarangan rumah, orang-orang mulai panik menyadari yang sedang terjadi. Aceh! Tsunami! Hancur! Celaka! Kata-kata itu yang terbetik di kepala masing-masing dengan kekalutan yang menyelimuti pikiran.
Provokasi-provokasi kepanikan pun terlontar tak terkendali untuk segera menyingkir dari daerah mereka masing-masing. "Cari tempat yang tinggi!" Tempat tinggi. Entah di mana pun itu. Saat itu. Berikut gambaran kekacauan seperti kejadian Mei 98 dulu, orang-orang membawa 'jarahan' dari rumahnya. Bekal mengungsi. Mengungsi kemana? Entah. Tempat yang tinggi..
Ayahku tetap tenang. Ibuku dan anak-anak pun sepertinya begitu. Mereka pasti sedang berdoa saat itu. Sekitar 5 menit goncangan itu berlangsung. Kemudian mereda. Masyarakat pun kembali ke rumah masing-masing.
Tidak sedikit doa yang terucap malam itu. Terima kasih Tuhan. Engkau selalu terucap. Di tempat yang maha tinggi.
***
Keesokan paginya gua terbangun dengan berita bencana Nias kemarin. Di berbagai stasiun televisi yang tak satu pun dari stasiun televisi negeri sendiri. Di beberapa TV lokal hanya liputan kongres PDI-P yang terliput secara live saat itu. Sementara UN sedang mengadakan press conference mengenai gempa di Nias. Indonesia.