Oh
Seseorang di dekat gua sedang ngerumpi seseorang yang gua kenal. Pedas dan sangat menjelekkan. Gua sendiri bingung apa iya orang yang gua kenal itu memang sejelek atau senegatif itu. Tapi gua diam dulu. Toh gua ngga diajak dalam pembicaraan menjelek-jelekkan itu.
Seseorang di samping seseorang yang sedang menjelek-jelekkan seseorang yang gua kenal itu JUGA sedang menjelek-jelekkan seseorang lagi yang lagi-lagi gua kenal. Oh.. Sial sekali nasib gua hari ini.
Sebagaimana otak gua yang gampang berimajinasi, sempat terbayang oleh gua bagaimana gambaran-gambaran jelek itu diaplikasikan kepada orang-orang yang gua kenal itu. Apa pun hasil dari gambaran itu tetap saja jelek. Sangat jauh dari hal yang nyaman.
Gua juga mulai resah. Jangan-jangan sekarang pun mereka sedang menjelek-jelekkan gua. Hanya saja tak dinyatakan. Karena gua sedang berada di situ. Tapi di lain waktu? Oh jahat sekali.
Mereka masih bercakap-cakap jelek tentang orang-orang itu. Kali ini sudah ada anggota baru yang diikut sertakan sebagai korban percakapan jelek mereka. Beberapa masih saja gua kenal. Beberapa (akhirnya) mulai kabur, tak dikenal.
Gua pun larut dalam kekesalan yang mereka ciptakan. Sampai akhirnya gua terpikir satu pribahasa "mulutmu harimaumu". Oh.. Ada juga penjabaran untuk hal seperti ini. Baiklah. Ternyata mulut mereka yang bau. Tapi bukan harimau. Mungkin mangsa harimau yang ketakutan. Atau pengagum harimau-harimau yang mereka jelek-jelekkan itu, malah. Who knows. It's not for me to judge.
Mobil berhenti. Lega bisa keluar dari situ.
Seseorang di samping seseorang yang sedang menjelek-jelekkan seseorang yang gua kenal itu JUGA sedang menjelek-jelekkan seseorang lagi yang lagi-lagi gua kenal. Oh.. Sial sekali nasib gua hari ini.
Sebagaimana otak gua yang gampang berimajinasi, sempat terbayang oleh gua bagaimana gambaran-gambaran jelek itu diaplikasikan kepada orang-orang yang gua kenal itu. Apa pun hasil dari gambaran itu tetap saja jelek. Sangat jauh dari hal yang nyaman.
Gua juga mulai resah. Jangan-jangan sekarang pun mereka sedang menjelek-jelekkan gua. Hanya saja tak dinyatakan. Karena gua sedang berada di situ. Tapi di lain waktu? Oh jahat sekali.
Mereka masih bercakap-cakap jelek tentang orang-orang itu. Kali ini sudah ada anggota baru yang diikut sertakan sebagai korban percakapan jelek mereka. Beberapa masih saja gua kenal. Beberapa (akhirnya) mulai kabur, tak dikenal.
Gua pun larut dalam kekesalan yang mereka ciptakan. Sampai akhirnya gua terpikir satu pribahasa "mulutmu harimaumu". Oh.. Ada juga penjabaran untuk hal seperti ini. Baiklah. Ternyata mulut mereka yang bau. Tapi bukan harimau. Mungkin mangsa harimau yang ketakutan. Atau pengagum harimau-harimau yang mereka jelek-jelekkan itu, malah. Who knows. It's not for me to judge.
Mobil berhenti. Lega bisa keluar dari situ.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home