Janji Bucin (Usang..)
"Mana janji loe? Katanya mau nulis tentang Kla.."
Masih saja Bucin menagih tulisan tentang konser Kla Project hampir sebulan yang lalu di JCC Senayan.
Ketika gua mencoba lagi mengingat-ingat kejadian di konser Kla kemarin, perasaan yang sama juga yang gua dapati ketika gua berada di konser itu.
Gua datang untuk bernostalgia. Untuk sejenak tersenyum-senyum penuh arti oleh lagu-lagu mereka yang konon cukup menemani perjalanan hidup gua (baca: cinta).
Nihil.
Tak satupun lagu mereka yang membuat gua terbang ke perasaan lalu ketika gua benar-benar memaknai setiap lirik dan nada mereka.
Ketika saksofon Embong Rahardjo pada lagu "Waktu Tersisa" benar-benar tripping di kegalauan baik lagu mau pun suasana pada zaman itu.
Ketika "Belahan Jiwa" tidak semelintir rindu yang dulu gua 'ngelangut'kan pada surat-surat cinta kepada mantan pacar.
Tidak turun juga hujan ketika "Gerimis" dikumandangkan. (Ketika lagu Gerimis rilis, pertama kali gua mendengarkannya benar-benar hujan. Sok asik banget ya?)
Rintihan Lilo pun digantikan oleh Andi /rif dalam "Meski Tlah Jauh". Bagaimana bisa nada tinggi dipadankan dengan serak basah?
Juga renyahnya suara Siska digantikan Dewi Sandra yang sangat sangat santun malam itu.
Dan memang bulan tak kan pernah berwarna merah jambu.
Entah kenapa semua atribut memori di atas lepas entah ke mana pada malam itu. Di panggung itu. Di lagu-lagu itu. Tidak lagi menjadi sesuatu yang ingin gua ulas, urai apalagi ulang.
Berbeda sekali dengan sekarang.
Sudah ada cinta lain. Sudah ada kecintaan baru. Tidak mau lagi terlalu cengeng. Tidak percaya lagi gombal. Pun harus gombal, gombalnya harus lebih jago.
Tidak perlu harus berubah tapi yang pasti harus berkembang.
Baru-baru ini ada seorang teman lama yang menanyakan kepada gua "Dick, lu masih ngambekan gak orangnya?"
Aha!! Dia pasti senang Kla Project!!
ps. Udah ya, Cin!
Masih saja Bucin menagih tulisan tentang konser Kla Project hampir sebulan yang lalu di JCC Senayan.
Ketika gua mencoba lagi mengingat-ingat kejadian di konser Kla kemarin, perasaan yang sama juga yang gua dapati ketika gua berada di konser itu.
Gua datang untuk bernostalgia. Untuk sejenak tersenyum-senyum penuh arti oleh lagu-lagu mereka yang konon cukup menemani perjalanan hidup gua (baca: cinta).
Nihil.
Tak satupun lagu mereka yang membuat gua terbang ke perasaan lalu ketika gua benar-benar memaknai setiap lirik dan nada mereka.
Ketika saksofon Embong Rahardjo pada lagu "Waktu Tersisa" benar-benar tripping di kegalauan baik lagu mau pun suasana pada zaman itu.
Ketika "Belahan Jiwa" tidak semelintir rindu yang dulu gua 'ngelangut'kan pada surat-surat cinta kepada mantan pacar.
Tidak turun juga hujan ketika "Gerimis" dikumandangkan. (Ketika lagu Gerimis rilis, pertama kali gua mendengarkannya benar-benar hujan. Sok asik banget ya?)
Rintihan Lilo pun digantikan oleh Andi /rif dalam "Meski Tlah Jauh". Bagaimana bisa nada tinggi dipadankan dengan serak basah?
Juga renyahnya suara Siska digantikan Dewi Sandra yang sangat sangat santun malam itu.
Dan memang bulan tak kan pernah berwarna merah jambu.
Entah kenapa semua atribut memori di atas lepas entah ke mana pada malam itu. Di panggung itu. Di lagu-lagu itu. Tidak lagi menjadi sesuatu yang ingin gua ulas, urai apalagi ulang.
Berbeda sekali dengan sekarang.
Sudah ada cinta lain. Sudah ada kecintaan baru. Tidak mau lagi terlalu cengeng. Tidak percaya lagi gombal. Pun harus gombal, gombalnya harus lebih jago.
Tidak perlu harus berubah tapi yang pasti harus berkembang.
Baru-baru ini ada seorang teman lama yang menanyakan kepada gua "Dick, lu masih ngambekan gak orangnya?"
Aha!! Dia pasti senang Kla Project!!
ps. Udah ya, Cin!