Mestinya Kita Hidup
Kemaren malam, dalam sebuah program reality show yang mirrrrrrip sekali dengan INXS Rockstar di salah satu stasiun televisi swasta kita gua mendapat pencerahan yang sangat inspiring. Mengenai kaedah menyanyi. Dan dalam kaitannya dengan musik, tentu hal sangat esensial sekali. Tidak begitu jelas gua mengetahui dari siapa kalimat pencerahan itu datangnya (dan yang pasti bukan dari sekelompok musisi yang memberikan kritik-kritik mencoba membangun itu). Kurang lebih begini kalimatnya:
Secara (gua rasa) 50% kandungan tubuh gua adalah musik, gua mendapati kalimat ini sangat menggelitik, menyentil, menggugah dan sekaligus menampar! *plak!*
Bagaimana tidak, kalimat itu sangat mengingatkan kita untuk tidak lupa akan ‘jiwa’ dari sebuah lagu/musik. Roh yang memberi ‘isi’ dari pesan lagu itu. (Ibarat kata ‘Padang’ dalam ‘Sate Padang’, belum tentu orang sebegitu menikmati sate tersebut kalau dibilang sate saja. Dan satu hal lagi, Sate Padang tidak populer di Padang. Malah ngetopnya di Medan!) Tanpa penjiwaan yang baik, lagu tersebut hanya akan terdengar datar tanpa greget. Terdengar baik namun belum tentu ternikmati.
Dengan berbunga-bunga gua menghafalkan kalimat di atas dan bermaksud untuk menceritakannya lagi ke orang-orang besoknya. Well there you go, all of you.
Hey.. gimana dengan hidup?
Bagaimana kalau bernyanyi tadi adalah hidup juga? Kita bisa lihai memainkan peranan kita masing-masing dalam hidup. Menjadi baik, badung, pintar, bokis, kokay, miskin, pembokat, pujangga, creative director, banci, rockstar, you name it!
Apakah kita sudah ‘hidup’ di atas semua itu?
Gampang-gampang susah menjawabnya. Paling tidak buat gua. Akan pongah kalau gua menjawab “yoi, I do.”. Akan cupu juga kalau kita menjawab dengan “tidak”. Atau malah diam?
Percayalah, gua cuma realistis dalam kegelisahan ini. Bukan masalah sikap yang dipertanyakan. Namun sebuah pertanyaan misteri yang akan selalu berada di dalam benak kita. Tidak perlu menjadi momok.
Mungkin sekedar menjadi nurani.
•> Dan ya, gua jadi pengen tau apa asal usul slogan "Bikin Hidup Lebih Hidup" itu. :)
“Kita bisa lihai menyanyikan nada-nada tinggi, cepat, suara palsu atau nada apa saja yang paling sulit sekalipun. Tetapi di atas semua itu tetaplah bernyanyi.”
Secara (gua rasa) 50% kandungan tubuh gua adalah musik, gua mendapati kalimat ini sangat menggelitik, menyentil, menggugah dan sekaligus menampar! *plak!*
Bagaimana tidak, kalimat itu sangat mengingatkan kita untuk tidak lupa akan ‘jiwa’ dari sebuah lagu/musik. Roh yang memberi ‘isi’ dari pesan lagu itu. (Ibarat kata ‘Padang’ dalam ‘Sate Padang’, belum tentu orang sebegitu menikmati sate tersebut kalau dibilang sate saja. Dan satu hal lagi, Sate Padang tidak populer di Padang. Malah ngetopnya di Medan!) Tanpa penjiwaan yang baik, lagu tersebut hanya akan terdengar datar tanpa greget. Terdengar baik namun belum tentu ternikmati.
Dengan berbunga-bunga gua menghafalkan kalimat di atas dan bermaksud untuk menceritakannya lagi ke orang-orang besoknya. Well there you go, all of you.
Hey.. gimana dengan hidup?
Bagaimana kalau bernyanyi tadi adalah hidup juga? Kita bisa lihai memainkan peranan kita masing-masing dalam hidup. Menjadi baik, badung, pintar, bokis, kokay, miskin, pembokat, pujangga, creative director, banci, rockstar, you name it!
Apakah kita sudah ‘hidup’ di atas semua itu?
Gampang-gampang susah menjawabnya. Paling tidak buat gua. Akan pongah kalau gua menjawab “yoi, I do.”. Akan cupu juga kalau kita menjawab dengan “tidak”. Atau malah diam?
Percayalah, gua cuma realistis dalam kegelisahan ini. Bukan masalah sikap yang dipertanyakan. Namun sebuah pertanyaan misteri yang akan selalu berada di dalam benak kita. Tidak perlu menjadi momok.
Mungkin sekedar menjadi nurani.
•> Dan ya, gua jadi pengen tau apa asal usul slogan "Bikin Hidup Lebih Hidup" itu. :)
4 Comments:
Wah, kebetulan gue juga nonton tuh...
dan ada satu lagu yang dinyanyiin
yang sekarang terngiang terus di kepala gue...
"When everything feels like the movies,
Yeah you bleed just to know you're alive"
:)
To live is about to rock, to feel every distorted rhythm, screaming solos and every pounding beats.
And finally to put them together, creating a harmonious melody.
It is about passion. Elo mau sejago apa, even masih naif sekalipun, tapi kalo elo punya passion akan suatu hal, you're f*****g doin' it anyway. Just like your beloved-cat-shit-industry you're in.
Jangan berhenti berkreasi mentang-mentang udah dapet Clio (hmmm...this cat-shit- spirit mulai marasuk dalam diri gue, kah?) =))
Alia: Don't tell me elu mengiangkan lagu itu sambil berkhayal sedang naik sepeda balap jadul di jalanan kosong kiri kanan rimbun pepohonan sambil menengadah ke atas. Oh please don't. ;)
Rangga: I love how you work on details. Maliiiing..maling.
Pronx: ada film baru yang punya tagline "Jangan Benci Yang Tak Kau Tahu". Kalo ndak salah yang main Krisdayanti. Hihihi.
Kenny: keterasinganmu membuat lu pengen karaoke, Ken? ;)
Btw teman-teman sekalian,
Gua seneng tulisan ini bisa berbuah macem-macem pendapat. Dan gua sangat menghargai itu. Cheers!
Post a Comment
<< Home