Tuesday, April 11, 2006

Mestinya Kita Jatuh Cinta

Baru saja gua membaca sebuah tulisan (seperti puisi juga) dari seseorang di blognya.

Isinya tentang pengharapan. Dia yang sudah berapa lama mengamati orang yang dia idam-idamkan, tapi -seperti biasa- tidak berani mengungkapkannya. Tak menentu kata dan tujuan, dia tetap mengutarakan isi hatinya. Kepada tembok. Kepada orang-orang, namun bukan kepada orang yang dia tuju. Selalu terlihat konyol, namun jujur adanya.

Gua ingat sekali perasaan itu. Dan bagi yang belum pernah mengalami jatuh cinta, gua sangat menyayangkan sekali.

Setiap lembaran-lembaran jatuh cinta yang pernah dikecap siapa pun pasti perasaannya sama. Rasa penasaran. Rasa ingin tahu. Rasa rindu. Rasa ingin diperhatikan dan memperhatikan lebih jauh. Rasa ingin menunjukkan perhatian tersebut. Dan sering malu-malu. Rasa stroberi dan coklat sekalipun akan terasa konyol ketika di perut. Wong sudah ada kupu-kupu di dalamnya.

Di mana perasaan itu sekarang?

Haruskah dua sejoli yang saling taksir saja yang merasakannya? Atau temanku jomblo tak berdaya tadi yang lebih berhak memahami kepasrahan cinta bertepuk sebelah kanannya?

Dan apakah ketika cinta tadi sudah berbalas lantas kita tidak bisa mendapatkan lagi rasa jatuh cinta tadi? Maklum, episode lanjutan dari jatuh cinta sering berlanjut klise dan membosankan.

Sepertinya gua ngga setuju. Wong jatuh cinta itu enak kok. Inspiring. Melihat pagi jadi bersinar. Melihat diri sendiri jadi berbinar. Melihat subjek/objek jatuh cinta tadi bisa jadi.. nanar!

Iya. Mestinya jatuh cinta tidak berupa/kepada orang saja. Masih banyak hal-hal lain yang bisa kita cintai.

Bisa kita mulai dari hal-hal kecil. Keseharian yang selalu kita lewati dan alami. Rutinitas di sekitar kita yang sering kita anggap menjadi elemen pembantu melanjutkan mekanisme hari, misalnya. Dan bahkan hal-hal yang kita benci sekalipun. Tidak perlu lantas muluk-muluk mencintai negara bangsa dan tanah air. Tidak usah dipaksakan juga. Karena cinta memang tidak pernah bisa memaksakan. Semua juga tau itu. (Jadi jangan mengira bahwa gua di sini menggurui kalian dengan mengatakan itu. Hehehe.)

Kalau kembali teringat teman gua tadi mungkin ada perasaan kasian akan keterpurukannya.

Tapi inspirasi yang diberikannya tentang cinta, sungguh amat positif.

Tengkyu ****e! Keterpurukanmu, inspirasiku.

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Hi, my name is Alia.
And I'm an Infatuation Junkie.
;)

Tuesday, April 18, 2006 3:01:00 pm  
Blogger dikisatya said...

*tersenyum-senyum melihat kedua temannya yang cantik-cantik ini*

Friday, April 21, 2006 10:21:00 am  

Post a Comment

<< Home