Si Galak Manyun
Beberapa waktu lalu gua janjian nonton dengan temen di PI Mall. Mengingat waktunya udah mepet, secara gua baru bisa nyampe di sana jam 7.50 malam, 10 menit sebelum pertunjukan di mulai, bisa dibayangkan tensionnya mengejar tenggat waktu tersebut.
Sampailah gua di PI Mall 1 dengan terburu-buru. Bukan rahasia lagi kalau mencari parkir di PI Mall ini dibutuhkan keahlian juga kesabaran khusus. Perhatikan segala gerak-gerik orang yang sedang lalu lalang di seputaran parkiran. Apakah mereka membawa kantong belanja atau cuma melenggang saja. Apakah lampu mobil (yang biasanya terlihat dari belakang) itu merah atau tidak. Tanda-tanda tadi bisa menjadi indikasi apakah orang tersebut baru saja sampai atau malah akan beranjak pulang. Dengan demikian kita bisa bersiap-siap mengambil tempat parkir mereka.
1-2 putaran udah dilakukan gua masih belum mendapat parkir. Sehingga gua putuskan untuk mencari di bagian pintu keluar Hero. Tepat di depan dinding panjat tebing terlihat ada sebuah mobil yang baru menyala. Benar kiranya, lampu mobil tersebut berubah menjadi warna putih, yang artinya mobil akan mundur dan beranjak cabut. Dengan sigap gua langsung memutar balik mobil dan mengambil posisi di depan mobil tersebut sambil menyalakan lampu sen kiri.
Tidak lama mobil inceran gua itu kabur tiba-tiba dari belakang antrian masuk sebuah mobil menyerobot masuk ke spot parkir gua! Langsung dong, secara gua orangnya temperamental di jalanan, gua klaksonin tuh mobil dengan gencar. Cukup membuat bising sekitarnya. Untungnya ada satpam yang sedang berjaga di situ dan melihat keadaan itu, dia pun menghampiri pengemudinya kemudian memberitahukan ‘duduk perkaranya’.
Sesaat kemudian mobil tersebut langsung mundur lagi dan bergegas keluar. Ketika hendak berpapasan dengan gua terlihat jendela si pengemudi terbuka. Eng ing eeeeng mau ngomong apa lagi nih orang sekarang. Refleks gua juga menurunkan jendela gua, menunggu reaksi berikutnya.
Apa yang terjadi? Dari dalam mobil tampak seorang bapak-bapak berperawakan tua melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah gua. Berwibawa sekali senyumnya. Sekilas terdengar dia mengatakan sesuatu, mungkin minta maaf. Muke gua yang tadinya setelan ribut pun segera direvisi menjadi muke senyum ramah yang amat sangat. Antara lega, senang sekaligus kecut gua membalas lambaian bapak tadi dan berlalu.
Amin, Jakarta! Masih ada orang-orang seperti dia tadi.
Sampailah gua di PI Mall 1 dengan terburu-buru. Bukan rahasia lagi kalau mencari parkir di PI Mall ini dibutuhkan keahlian juga kesabaran khusus. Perhatikan segala gerak-gerik orang yang sedang lalu lalang di seputaran parkiran. Apakah mereka membawa kantong belanja atau cuma melenggang saja. Apakah lampu mobil (yang biasanya terlihat dari belakang) itu merah atau tidak. Tanda-tanda tadi bisa menjadi indikasi apakah orang tersebut baru saja sampai atau malah akan beranjak pulang. Dengan demikian kita bisa bersiap-siap mengambil tempat parkir mereka.
1-2 putaran udah dilakukan gua masih belum mendapat parkir. Sehingga gua putuskan untuk mencari di bagian pintu keluar Hero. Tepat di depan dinding panjat tebing terlihat ada sebuah mobil yang baru menyala. Benar kiranya, lampu mobil tersebut berubah menjadi warna putih, yang artinya mobil akan mundur dan beranjak cabut. Dengan sigap gua langsung memutar balik mobil dan mengambil posisi di depan mobil tersebut sambil menyalakan lampu sen kiri.
Tidak lama mobil inceran gua itu kabur tiba-tiba dari belakang antrian masuk sebuah mobil menyerobot masuk ke spot parkir gua! Langsung dong, secara gua orangnya temperamental di jalanan, gua klaksonin tuh mobil dengan gencar. Cukup membuat bising sekitarnya. Untungnya ada satpam yang sedang berjaga di situ dan melihat keadaan itu, dia pun menghampiri pengemudinya kemudian memberitahukan ‘duduk perkaranya’.
Sesaat kemudian mobil tersebut langsung mundur lagi dan bergegas keluar. Ketika hendak berpapasan dengan gua terlihat jendela si pengemudi terbuka. Eng ing eeeeng mau ngomong apa lagi nih orang sekarang. Refleks gua juga menurunkan jendela gua, menunggu reaksi berikutnya.
Apa yang terjadi? Dari dalam mobil tampak seorang bapak-bapak berperawakan tua melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah gua. Berwibawa sekali senyumnya. Sekilas terdengar dia mengatakan sesuatu, mungkin minta maaf. Muke gua yang tadinya setelan ribut pun segera direvisi menjadi muke senyum ramah yang amat sangat. Antara lega, senang sekaligus kecut gua membalas lambaian bapak tadi dan berlalu.
Amin, Jakarta! Masih ada orang-orang seperti dia tadi.