Tertawa Lebih Baik
Pada sebuah iklan di televisi terdapat sebuah adegan sepasang kekasih sedang berbincang-bincang tentang masa depan mereka. Sang pria menanyakan mau jadi apa anak mereka kelak. Sang wanita pun menjawab "Jadi kasir." Merasa kaget dan sedikit tidak berterima dengan jawaban kekasihnya tadi, sang pria kemudian menanyakan lagi "Masa kasir? Tinggian dikit dong.." Secara spontan sang wanita malah mencoba mengulang jawaban 'kasir' tadi dengan nada yang lebih 'tinggi'. Dan sang pria pun manyun.
Lucu. Nyeleneh namun segar. Walau memang gua sudah pernah mendengar lelucon ini jauh sebelum iklan ini ditayangkan. Pun lelucon ini beredar di antara gua dan teman-teman di lingkungan pergaulan. Bukan dalam tayangan nasional.
Tapi coba pikir lagi. Apa yang ada di benak seorang kasir yang mungkin secara reguler kita temui dalam ritual belanja bulanan kita, langganan rokok, kantin tempat kita sering ngutang atau mbak-mbak dan mas-mas yang selalu kita lewati tiap harinya di pintu tol?
Tergelitikkah mereka menyaksikan tayangan tadi? Terwakilkankah mereka dengan dialog itu? Tergerakkah mereka untuk kemudian merubah 'nasib' mereka ? Iya kalau lebih baik, kalau sebaliknya? Secara negeri ini selalu mempunyai kumpulan cerita klasik akan susahnya mencari pekerjaan dan tingginya angka pengangguran dari tahun ke tahun.
Gatel sekali rasanya gua untuk mengganti kata kasir tadi menjadi 'wakil presiden' atau 'asisten 1' atau 'jurubicara' atau jabatan/kasta lain yang tidak terpandang hina -kalau melihat ekspresi sang pria di tayangan tadi- namun toh masih mempunyai jenjang yang lebih baik lagi.
Tak apalah. Menjadi ketua RT yang sering disibukkan dengan urusan KTP dan surat keterangan sekalipun masih pekerjaan yang mulia jika benar dilakukan. Toh masing-masing orang melakukan fungsinya terhadap sistemnya. Kebayang gak sih, belanja seabrek-abrek tapi gak ada yang ngitungin di kasir, namun toh kita harus tetap membayar. Karena kalau gak bayar namanya pen..cu.. (pinteeeer..)
Hanya saja sekarang, gua harus lebih berhati-hati lagi untuk tertawa.
Lebih bijak lagi menyimak mana yang benar-benar bisa membuat diri kita tertawa dan mana yang bisa ditertawakan.
Stujuu..??
(Coba, kira-kira jawaban seperti apa yang bisa bikin lucu?)
Lucu. Nyeleneh namun segar. Walau memang gua sudah pernah mendengar lelucon ini jauh sebelum iklan ini ditayangkan. Pun lelucon ini beredar di antara gua dan teman-teman di lingkungan pergaulan. Bukan dalam tayangan nasional.
Tapi coba pikir lagi. Apa yang ada di benak seorang kasir yang mungkin secara reguler kita temui dalam ritual belanja bulanan kita, langganan rokok, kantin tempat kita sering ngutang atau mbak-mbak dan mas-mas yang selalu kita lewati tiap harinya di pintu tol?
Tergelitikkah mereka menyaksikan tayangan tadi? Terwakilkankah mereka dengan dialog itu? Tergerakkah mereka untuk kemudian merubah 'nasib' mereka ? Iya kalau lebih baik, kalau sebaliknya? Secara negeri ini selalu mempunyai kumpulan cerita klasik akan susahnya mencari pekerjaan dan tingginya angka pengangguran dari tahun ke tahun.
Gatel sekali rasanya gua untuk mengganti kata kasir tadi menjadi 'wakil presiden' atau 'asisten 1' atau 'jurubicara' atau jabatan/kasta lain yang tidak terpandang hina -kalau melihat ekspresi sang pria di tayangan tadi- namun toh masih mempunyai jenjang yang lebih baik lagi.
Tak apalah. Menjadi ketua RT yang sering disibukkan dengan urusan KTP dan surat keterangan sekalipun masih pekerjaan yang mulia jika benar dilakukan. Toh masing-masing orang melakukan fungsinya terhadap sistemnya. Kebayang gak sih, belanja seabrek-abrek tapi gak ada yang ngitungin di kasir, namun toh kita harus tetap membayar. Karena kalau gak bayar namanya pen..cu.. (pinteeeer..)
Hanya saja sekarang, gua harus lebih berhati-hati lagi untuk tertawa.
Lebih bijak lagi menyimak mana yang benar-benar bisa membuat diri kita tertawa dan mana yang bisa ditertawakan.
Stujuu..??
(Coba, kira-kira jawaban seperti apa yang bisa bikin lucu?)
"I had a feeling that I belong
I had a feeling I could be someone
Be someone.."
Fast Car, Tracy Chapman.
I had a feeling I could be someone
Be someone.."
Fast Car, Tracy Chapman.
9 Comments:
kalo gitu, judulnya gw tangkep seperti berikut: "Ketawa lebih baik" bukan "Ketawa... lebih baik!".
:)
duh... salah tulis. maksudnya tertawa, bukan ketawa.
Duuuuh Buciiiiin... gimana siiiiiiy
Kamu kan pintaaaaaar...
qeqeqeqeqeqeqeq
Menurut gue pribadi sih harusnya gak jadi masalah besar yah.
Entah deh....
apakah "berjiwa besar sehingga bisa menertawakan diri sendiri" bisa berlaku disini juga gak?
sadar atau gak.. kita sering mentertawakan 'kekurangan' orang laen, karena dianggap lucu !. Coba deh... nonton lawak... sebagian besar tokohnya memmerankan orang yg 'kurang' baik fisik (botak, pendek, tonggos dll) atao psikis (idiot, gagap, tuli, kelainan... dll.) dan kita tertawa terpingkal2 dibuatnya... :((
bucin sudah menua... hehehehehe...
piss, cin!
tertawalah selagi masih gratis...
keseringan tertawa sendiri itu lebih baik kah??
akyu seringnya begituh..
:P
Alia: Menarik sekali pendapatnya. Don't you think that question should go to us? Each of us?
Budi: Tapi di tayangan itu 'sang wanita' cantik. Dan 'sang pria' ganteng. Lantas apa yang ditertawakan?
Rangga: Bucin baru menuai kemenangan di liga yahoo. hahaha
Oca: Bila sakit berlanjut hubungi dokter. Hihihihi..
aing teu ngarti, punten
Post a Comment
<< Home