Sisi Lain Kemenangan
Mungkin dalam kurun waktu belakangan ini, mendengar kata menang adalah sebuah kata yang membawa spirit sangat orisinil dan baru buat gua.
Sebut saja kekalahan kesebelasan kesayangan gua, Arsenal, yang kalah di babak final Piala Champions. Fakta yang sama terjadi juga terhadap timnas Perancis yang gua jagokan di Piala Dunia lalu. Dan beberapa 'cerita' lain yang tak perlu disebutkan sebab musababnya. Hehe.
Menerima kekalahan adalah gampang. Tentu saja si kalah mempunyai kelebihan akan kekurangan yang si pemenang tadi tidak punyai. Sesimpel itu. Kurang latihan, kurang beruntung, kurang jago, kurang curang dan lain lain. Si kalah pasti kurang. Karena kalau menang, umumnya apa pun kekurangan dari si pemenang tak ada yang mau meniliknya lagi.
Gua tertegun dengan kekalahan ini. Bagaimana gua bisa sangat hafal dengan subjek ini? Dan bagaimana gua sepertinya sudah sangat terbiasa menerima sebuah kekalahan.
Karena gua akhirnya menang.
Di sebuah pertandingan 17an di kantor, walau terseok-seok pada awalnya, gua dan partner gua Kemal bisa memenangkan turnamen biliar secara.. tidak bisa juga dibilang gemilang.
Memang tidak bisa dibandingkan dengan Piala Dunia atau Piala Gubernur, namun sensasinya tetaplah sama. Menanti waktu pertandingan seperti menanti persidangan kasus terberat. Melaju ke babak selanjutnya seperti dihadiahi karung-karung harapan yang orang-orang titipkan kepada kita. Dan ketika partai puncak pun tiba, perasaan seperti hampa. Satu-satunya pikiran hanya bagaimana harus menjalani prosesnya dan kemudian bangun keesokan harinya. Biar bagaimana pun kekalahan dan kemenangan itu sudah terlewati. Hari ini, hari baru lagi.
Gua mau mempelajari lagi subjek kemenangan ini. Apa saja kelebihan dan kekurangannya. Bagaimana harus menang lagi. Bagaimana menempatkan diri sebagai petarung, bukan pemenang. Dan bagaimana gua tidak harus mempermasalahkan menang atau tidak.
Gak penting!
Sebut saja kekalahan kesebelasan kesayangan gua, Arsenal, yang kalah di babak final Piala Champions. Fakta yang sama terjadi juga terhadap timnas Perancis yang gua jagokan di Piala Dunia lalu. Dan beberapa 'cerita' lain yang tak perlu disebutkan sebab musababnya. Hehe.
Menerima kekalahan adalah gampang. Tentu saja si kalah mempunyai kelebihan akan kekurangan yang si pemenang tadi tidak punyai. Sesimpel itu. Kurang latihan, kurang beruntung, kurang jago, kurang curang dan lain lain. Si kalah pasti kurang. Karena kalau menang, umumnya apa pun kekurangan dari si pemenang tak ada yang mau meniliknya lagi.
Gua tertegun dengan kekalahan ini. Bagaimana gua bisa sangat hafal dengan subjek ini? Dan bagaimana gua sepertinya sudah sangat terbiasa menerima sebuah kekalahan.
Karena gua akhirnya menang.
Di sebuah pertandingan 17an di kantor, walau terseok-seok pada awalnya, gua dan partner gua Kemal bisa memenangkan turnamen biliar secara.. tidak bisa juga dibilang gemilang.
Memang tidak bisa dibandingkan dengan Piala Dunia atau Piala Gubernur, namun sensasinya tetaplah sama. Menanti waktu pertandingan seperti menanti persidangan kasus terberat. Melaju ke babak selanjutnya seperti dihadiahi karung-karung harapan yang orang-orang titipkan kepada kita. Dan ketika partai puncak pun tiba, perasaan seperti hampa. Satu-satunya pikiran hanya bagaimana harus menjalani prosesnya dan kemudian bangun keesokan harinya. Biar bagaimana pun kekalahan dan kemenangan itu sudah terlewati. Hari ini, hari baru lagi.
Gua mau mempelajari lagi subjek kemenangan ini. Apa saja kelebihan dan kekurangannya. Bagaimana harus menang lagi. Bagaimana menempatkan diri sebagai petarung, bukan pemenang. Dan bagaimana gua tidak harus mempermasalahkan menang atau tidak.
Gak penting!
To Thierry and Zizou, this is for you. But my daughter has all the prize.
"Though I saw it all around
never thought that I could be affected
thought that we'd be the last to go
it is so strange the way things turn"
Don't Give Up, Peter Gabriel
never thought that I could be affected
thought that we'd be the last to go
it is so strange the way things turn"
Don't Give Up, Peter Gabriel
2 Comments:
Sepertinya lebih mudah kalah dulu baru menang, karena kita jadi tau di mana saja kelemahan kita. Coba kalo sebaliknya, pasti akan susah sekali comeback-nya, karena kemenangan yang diraih tanpa kekalahan tidak memperlihatkan realitas secara utuh, hanya sisi baiknya saja, sehingga butuh waktu lagi (dan lama) untuk mempelajari kelemahan-kelemahan yang ada.
Thanks, Stip.
Jadi gimana rasanya menang?
:)
Post a Comment
<< Home