Tuesday, July 25, 2006

Coba Lagi

Coba lagi.
Biasanya dipakai untuk satu tujuan yang belum tercapai. Satu, dua, tiga kali dicoba masih dalam taraf yang wajar untuk sebuah attemp. Konon sering menjadi frustrasi ketika kita mencoba berkali-kali.

Butuh waktu 2 kali untuk gua akhirnya diterima di perguruan tinggi negri. Walau akhirnya dropped out, itu lain cerita. Butuh berkali-kali pula untuk akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan setelah itu. Enak tidaknya pekerjaan itu, pun lain cerita. Dan masih banyak lagi proses kehidupan yang mesti dilalui berkali-kali.
Sebagian sudah menjadi rutinitas yang akhirnya menjadi kebiasaan sampai mulai kehilangan esensinya. Sebagian lainnya pula menjadi suatu impian yang belum kesampaian. Menjadi obsesi, cita-cita dan tak ketinggalan... frustrasi.

Tapi semua itu pastinya mempunyai proses yang bisa kita lihat progressnya. Selagi dicoba terus, pasti ada hasilnya. Anjing yang bukan manusia saja bisa dilatih walau sekedar duduk, tidur dan mendoyongkan tangannya untuk bersalaman.

Adalah Aceh, Nias, Yogyakarta (Merapi?), Pangandaran dan sekitarnya yang telah menjadi bencana kita. Korbannya banyak. Nyawa, materi, juga harapan. Dalam hitungan menit saja bisa terjadi perubahan yang signifikan.
Belum lagi konyolnya letusan bom di Bali, Kuningan, Marriot dan tempat-tempat lainnya. 1 detik ledakan itu menghancurkan ribuan nyawa. Membuahkan amarah yang semakin rumit. Dan menjadikannya beban buat masing-masing nyawa yang masih hidup. Kita.

Beberapa menit saja, bahkan 1 detik saja, cobaan itu datang.
Kalau saja setiap harinya menit-menit itu terpakai untuk sebuah renungan yang baik. Seperti ibadah. Seperti tepekur untuk sejenak 'idle' dari kesibukan yang menjadi rutinitas (yang mulai kehilangan esensinya itu). Walau tak menghalau gempa untuk terjadi, atau bom untuk meledak, paling tidak manusia ingat kembali akan keberadaannya sebagai manusia. Bukan anjing yang dilatih tadi.

Semua fenomena keprihatinan ini seperti lebih jelas lagi gua rasakan beberapa hari lalu. Ketika Jakarta digoyang gempa. Dari lantai 5 gedung kantor saja, nyata sekali goyangan yang gua rasakan. Membuat pusing dan mual.

Terbersit di pikiran manusiawi gua untuk sebuah teori.

Bukannya nggak mungkin Dia yang di atas sana sedang berpikir: "Coba lagi!"

"Barangkali di sana ada jawabnya
mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai enggan
bersahabat dengan kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa.."
Ebiet G Ade

5 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Kenapa sekarang semua tiba2
jadi spiritual yah? :P

Tuesday, July 25, 2006 5:28:00 pm  
Blogger Unknown said...

on and on the rain will say
how fragile we are
how fragile we are
(Sting)

Tuesday, July 25, 2006 6:53:00 pm  
Blogger Bucin said...

...
and suddenly all the material stuff become meaningless
...

welcome to my world, your world, their world
OUR WORLD

Thursday, July 27, 2006 10:09:00 am  
Blogger cc-line said...

masaih ada terusannya Bang..
'tengoklah ke dalam sebelum bicara..
adalah Dia dia atas segalanya... hohoho.."

Bukan spiritual (istilah Lia) tapi penyadaran kale ya..

Sering2 aja Bang posting2 yg beginian... salut 100X

Thursday, July 27, 2006 11:22:00 am  
Blogger rangga said...

what a beautiful life...

Thursday, July 27, 2006 9:25:00 pm  

Post a Comment

<< Home