Bencong
"Eh k*nt*l, eh kocrot, aduh mak, k*nt*l.. yuk yak yuuuk.."
Grrrrrr... dan tertawalah pemirsa akan tingkah laku latah si bencong yang tiba-tiba kaget akan sesuatu hal tadi.
Tidak jarang kejadian itu kita temui di lingkungan sosial kita. Baik itu bencong pengamen dung-tenet, banci salon (katanya), lakon-lakon hiburan di panggung televisi maupun tujuh belasan, sampai sebuah sajian audio di radio sekalipun.
Tingkah laku seorang laki-laki (sulit sekali menempatkan kata wanita untuk predikat bencong) yang berperangai dan berdandan perempuan itu seperti menjadi komoditi hiburan andalan untuk selalu membuat orang tertawa dan terhibur.
Seakan-akan kalau kita sudah mentok menyindir isu sosial yang berkepanjangan, ada bencong. Kalau terlalu kecut menyebut nama-nama orang berkuasa, sebut saja bencong. Pelawak mati kutu karena lawakannya tidak lucu, mulailah dia berlagak bencong. Cerita dua sejoli dimabuk cinta di antara prahara miskin dan kaya, atau beda agama..ada si bencong, pasti ceria!
Pun demikian, tidak umum juga orang yang mau bersinggungan dengan bencong ini. Lihat saja ketika si bencong mulai mendekati salah seorang penontonnya, tidak jarang orang mengindar. Geli. Atau ketika si bencong balik membalas cemoohan orang yang jahil melontarkan kata-kata yang membuat si bencong terpancing. Gua sendiri terkadang suka bingung harus bersikap bagaimana ketika mereka tiba-tiba menempelkan muke atau badannya di jendela mobil gua. Entah maksudnya memberi hiburan atau meminta sedekah. Konon, mereka itu berani sekali dalam berekspresi. Alamakjaaang!
Sebut saja gua naif, sok asik atau bencong sekalipun. Tapi hal ini cukup menjadi pertanyaan yang lucu sekaligus ironis buat gua.
Bagaimana sebuah tingkah laku yang segitu membuat orang bisa terhibur hanya berasal dari lawakan kata-kata kotor atau perangai seks. Sebuah suara tipis manits yang terpeleset menjadi bariton ketika menyebut sayur kol. Dandanan menor melebihi wanita cantik hingga bisa terlihat lebih seram dari Marilyn Manson. Berulang-ulang mereka bisa lakonkan itu, dan berulang kali kita bisa tertawa oleh itu. Dari dulu.
Sebuah ketabuan gender menjadi hal yang ditertawakan tanpa mau mengakui keberadaannya.
Jadi sebenernya siapa yang bencong?
Di akhir paragraf tulisan ini, gua tidak akan memberi konklusi, opini, atau rangkuman pendapat dari poin-poin di atas. Tsrah deh nek, eike dibilang apa.
Lebih baik gua bertanya lagi: apa pantes bencong itu lucu?
Yuuk.
Grrrrrr... dan tertawalah pemirsa akan tingkah laku latah si bencong yang tiba-tiba kaget akan sesuatu hal tadi.
Tidak jarang kejadian itu kita temui di lingkungan sosial kita. Baik itu bencong pengamen dung-tenet, banci salon (katanya), lakon-lakon hiburan di panggung televisi maupun tujuh belasan, sampai sebuah sajian audio di radio sekalipun.
Tingkah laku seorang laki-laki (sulit sekali menempatkan kata wanita untuk predikat bencong) yang berperangai dan berdandan perempuan itu seperti menjadi komoditi hiburan andalan untuk selalu membuat orang tertawa dan terhibur.
Seakan-akan kalau kita sudah mentok menyindir isu sosial yang berkepanjangan, ada bencong. Kalau terlalu kecut menyebut nama-nama orang berkuasa, sebut saja bencong. Pelawak mati kutu karena lawakannya tidak lucu, mulailah dia berlagak bencong. Cerita dua sejoli dimabuk cinta di antara prahara miskin dan kaya, atau beda agama..ada si bencong, pasti ceria!
Pun demikian, tidak umum juga orang yang mau bersinggungan dengan bencong ini. Lihat saja ketika si bencong mulai mendekati salah seorang penontonnya, tidak jarang orang mengindar. Geli. Atau ketika si bencong balik membalas cemoohan orang yang jahil melontarkan kata-kata yang membuat si bencong terpancing. Gua sendiri terkadang suka bingung harus bersikap bagaimana ketika mereka tiba-tiba menempelkan muke atau badannya di jendela mobil gua. Entah maksudnya memberi hiburan atau meminta sedekah. Konon, mereka itu berani sekali dalam berekspresi. Alamakjaaang!
Sebut saja gua naif, sok asik atau bencong sekalipun. Tapi hal ini cukup menjadi pertanyaan yang lucu sekaligus ironis buat gua.
Bagaimana sebuah tingkah laku yang segitu membuat orang bisa terhibur hanya berasal dari lawakan kata-kata kotor atau perangai seks. Sebuah suara tipis manits yang terpeleset menjadi bariton ketika menyebut sayur kol. Dandanan menor melebihi wanita cantik hingga bisa terlihat lebih seram dari Marilyn Manson. Berulang-ulang mereka bisa lakonkan itu, dan berulang kali kita bisa tertawa oleh itu. Dari dulu.
Sebuah ketabuan gender menjadi hal yang ditertawakan tanpa mau mengakui keberadaannya.
Jadi sebenernya siapa yang bencong?
Di akhir paragraf tulisan ini, gua tidak akan memberi konklusi, opini, atau rangkuman pendapat dari poin-poin di atas. Tsrah deh nek, eike dibilang apa.
Lebih baik gua bertanya lagi: apa pantes bencong itu lucu?
Yuuk.
3 Comments:
jangan ganggu banci! jangan ganngu banci!
Hidup itu lucu.
Manusia itu lucu.
Tapi Alia lebih lucu.
(Halaaaah????)
minimal menyadarkan kita bahwa hidup gak bisa sendirian.. karena buat aktivitas sederhana 'tersenyum' aja kita butuh orang laen (kebayang gak kalo sendirian senyam-senyum... hehehe)
Post a Comment
<< Home