Janjimu apa, Jon?
Janji Joni. Film nasional yang lagi happening. Dibicarakan di mana-mana. Disemangati. Diulas. Posternya terlihat di mana-mana. Yang pasti gaung kepopuleritasannya tidak diragukan lagi. Janji Joni sudah berhasil mendapat perhatian ramai. Setelah dulu, Arisan. Dan dulunya lagi AADC.
Seperti biasa, pro-kontra selalu timbul. Ada yang bilang, niru inilah, niru itulah. Perputaran pemain-pemainnya yang itu-itu lagi, Nico, Suryo, Rachel. Ada juga yang berspekulasi film itu terinspirasi Cinema Paradiso bahkan. Mengingat Alfredo dalam film itu adalah pengantar film untuk diputar di bioskop juga. Atau penggunaan trik deretan selebriti yang diselipkan di sela-sela adegan, mau pun berperan. Maklum, banyak singa lapar di hari gini. Tampil gitu loh.
Ada juga yang selalu membanding-bandingkan dengan film Hollywood. Dan tak ketinggalan, membandingkannya dengan film-film independen dari yang radikal sampai tidak masuk akal. Entah itu sebagai pujian sudah disandingkan dengan genre-genre itu, atau komentar-komentar itu salah alamat. Tauk deh. Gua sendiri belum nonton.
Kurang lebih faktor-faktor di atas yang sering gua dapati sesaat setelah keluar menonton film nasional. Dan beberapa diantara alasan-alasan itu pun gua sangat setuju. Terserah sih, mau menyikapi dari sudut pandang mana. Yang pasti gua mau menghargai effort yang sudah dibuat. Daripada sekedar berkomentar.
Kalo kerjaan udah ngga gitu banyak, gua pasti akan nonton.
Jadi Joko..eh.. Joni.. Apa janjimu?
Seperti biasa, pro-kontra selalu timbul. Ada yang bilang, niru inilah, niru itulah. Perputaran pemain-pemainnya yang itu-itu lagi, Nico, Suryo, Rachel. Ada juga yang berspekulasi film itu terinspirasi Cinema Paradiso bahkan. Mengingat Alfredo dalam film itu adalah pengantar film untuk diputar di bioskop juga. Atau penggunaan trik deretan selebriti yang diselipkan di sela-sela adegan, mau pun berperan. Maklum, banyak singa lapar di hari gini. Tampil gitu loh.
Ada juga yang selalu membanding-bandingkan dengan film Hollywood. Dan tak ketinggalan, membandingkannya dengan film-film independen dari yang radikal sampai tidak masuk akal. Entah itu sebagai pujian sudah disandingkan dengan genre-genre itu, atau komentar-komentar itu salah alamat. Tauk deh. Gua sendiri belum nonton.
Kurang lebih faktor-faktor di atas yang sering gua dapati sesaat setelah keluar menonton film nasional. Dan beberapa diantara alasan-alasan itu pun gua sangat setuju. Terserah sih, mau menyikapi dari sudut pandang mana. Yang pasti gua mau menghargai effort yang sudah dibuat. Daripada sekedar berkomentar.
Kalo kerjaan udah ngga gitu banyak, gua pasti akan nonton.
Jadi Joko..eh.. Joni.. Apa janjimu?
2 Comments:
Perasaan gue dah ngasih komen disini kok gak nongol yah.. bweks*
Okay, comment lagi ach...
Menurut gue, Film Janji Joni itu garing.
Aktingnya jelek semua.
Dialognya basi.
Ceritanya rada maksa...
*hebat tuh dalam sehari bisa ngapa2in gitu*
Si Mariana sayang cuma jadi tempelan.
Terus gue bosen liatin aktor/aktrisnya yang ituuuu ituuuuu aja.. mending aktingnya bagus... huh...
*pas nonton, gue tuh sempet ketiduran lho*
Yang gue suka dari film itu cuma satu.
Si Nicholas Saputra baru keliatan cakepnya!
Badannya dah berisi, tinggi, agak mbem, agak coklat2 gimana gitu.. yah sbg pengantar film yang naek motor kesana kemari, rada ajaib aja kalo dia masih tampil cupu dan putih pucat pasi.
Terus apa lagi yah...
Yah effort sih effort.. gue hargain itu, tapi kalau ada kritik yang membangun boleh dongs
uhuhuhuhu :P
katanya Tampil itu kebutuhan dasar orang indonesia [atau orang jakarta ya?]
Post a Comment
<< Home