Wednesday, April 06, 2005

Surat Cinta

Sayangku,
Apa kabarmu? Sebulan sudah kau tak berkabar. Kuruskah engkau? Jangan lupa pakai syal yang kusisipkan di dalam tasmu. Kau selalu mencoba melupakannya. Parlente!, begitu katamu. Tapi pakailah. Musim sudah masuk dingin. Mungkin sebentar lagi sering badai.

“Kau akan membaca surat paling indah yang pernah kau dapati.” Itu katamu dulu waktu engkau pamit. Walau aku tak begitu mendengar dengan jelas. Karena aku sibuk menciumimu. Kucium lagi. Kupandangi lagi. Wajahmu yang rupawan. Kucium dan kupeluk lagi. Aku tahu kau akan pergi lama. Jadi biar kupuaskan keberadaanmu di detik-detik itu.

Jangan pergi, kataku. Justru harus! Kau jawab dengan matamu.
Impianmu memang mengalahkan segala-galanya. Tapi bukan aku. Aku pasti menunggumu di sini. Percayalah.. kau akan mengerti nanti.

Lantas siapa dia?
Yang selalu membuat engkau tersipu dan pendiam. Seseorang yang kau simpan hanya untuk dirimu. Tak mau kau bagi. Apakah dia mengurusmu dengan baik? Seperti aku? Haruskah aku bersaing dengan dia? Tak apa. Aku pasti menunggumu di sini. Kau pun boleh membawa dia padaku.

Sayangku,
Kapan engkau pulang? Musim semakin dingin. Orang-orang sudah masuk ke dalam rumah. Tak mau lagi saling sapa. Jalanan hanya berisikan hembusan angin. Tiada bisik terdengar. Dedaunan hijau mulai pudar. Dan aku pun semakin tua.

Pulanglah sayang…

Mama


(Terinspirasi dari film "Motorcycle Diaries". Dan teringat akan surat-surat cinta.)

2 Comments:

Blogger celotehalia said...

KERRREEEEEEEEEEEEEEEEENNNNNNN!!!!!!!!!!!!!!!
:))

Wednesday, April 06, 2005 10:25:00 am  
Blogger Bucin said...

ekspresi terdalam dari seorang diki. begitu halus metafora yang digunakan membuat imajinasi pembaca berkeliaran bebas merambah sisi-sisi terhalus dalam jiwa masing-masing kita.

lu harus jadi copywriter kaya'nya dik!

ps
puas? udah gw komentarin nih! mentang2 duduk hadap2an. baru hari pertama udah merentah2. qeqeqeqe...

Thursday, April 07, 2005 10:23:00 am  

Post a Comment

<< Home