Wednesday, May 04, 2005

Jangan Mati

Mati.
Satu kata yang sulit diterima.

Image hosted by Photobucket.comKawanku mati. Bukan kematian yang menjemputnya. Melainkan dunia yang sudah mati, baginya. Tangannya sudah mati tidak berkarya. Kakinya mati untuk bertujuan. Inderanya sudah mati untuk suatu nalar. Tatapannya mati untuk kasih sayang. Mulutnya mati untuk bercerita. Hidungnya mati untuk nafas yang hidup.

Mungkin aku telah membunuhnya. Menusuknya dengan perkataan kejam. Menutup pintu ketika dia hendak mengetuk. Mendengarkannya dengan pandangan sebelah mata. Atau mendengarkan apa yang mau gua dengar saja. Mengabaikan kabar dari sms-nya atau tidak membalas miss call darinya. Atau berbohong padanya di saat aku membiarkan dia jatuh dan terjatuh lagi – waktu itu gua bilang “Ngga pa pa. Lu pasti bisa.”-

Belum tentu narkoba kambing hitamnya. Atau putau, kokain, inex, dllsb. Belum tentu bandar/bede. Belum tentu teman-teman dan lingkungan yang salah. Aku juga teman dan aku juga ada dalam lingkungan. Coba pikir lagi, belum tentu!

Aku akan datang lagi untukmu, kawan. Menjabat tanganmu, menyebut namaku dengan jelas. Menceritakan lagi bahwa kita pernah bersahabat. Kita pernah duduk sebangku di sekolah. Kita pernah contek-contekan. Kita pernah bersaing untuk 5 besar di kelas. Kita pernah hidup. Bahkan masih hidup.

Ayo, kawan!..

Jangan mati.
[untuk seorang sahabat]

0 Comments:

Post a Comment

<< Home