Thursday, April 14, 2005

Kuis: Tahun berapa Dewi Hughes dan Avin menikah?

Pertanyaan itu yang dilontarkan sebagai salah satu kuis di infotainment yang baru saja gua tonton sore ini. Jawaban gua: Manalah gua tau!

Emang kalian tau ya? Emang sih, bagi yang mengikuti terus perkembangan cerita Dewi Hughes vs Avin, suaminya, mestinya bisa menyimak dan menjawab pertanyaan di atas. Entah bagaimana pun teknisnya, jawaban itu bisa berbuah hadiah jika dikirimkan ke alamat infotainment tersebut. Tunggu beberapa hari kemudian untuk mendapat jawaban siapa pemenangnya, dapat hadiah apa, dari sponsor mana, dikirimkannya kapan, potong pajak atau tidak. Pokoknya semua senang. Infotainment happy, sponsor happy, si pemenang undian happy. Kecuali Hughes dan Avin mungkin yang ngga happy.

Ngerti kan maksud gua?
Bagaimana sebuah kejadian bisa dikemas sedemikian rupa hingga menjadi sajian informasi yang menarik (belum tentu penting). Banyak pihak yang bisa dikaitkan dan mendapat benefit langsung mau pun tidak. Bagi yang jeli menyimak, detik per detik suguhan acara tersebut bisa menjadi sebuah pesan tertentu bagi yang berkepentingan untuk disampaikan ke masyarakat. Misalnya dalam angle pengambilan gambar, apa yang dikenakan oknumnya, apa pilihan kata yang harus diutarakan, dengan siapa dia harus bicara, bersama siapa dia ketika berbicara, apakah dia antusias atau tidak di depan kamera dan masih banyak lagi detil-detil yang bisa kita lewatkan.

Hingga kisah penderitaan orang-orang (terkenal, umumnya) pun bisa kita nikmati dengan esensi yang sedikit berbeda. Layaknya gosip, ngga seru kalau ngga berbumbu. Apalagi kompetitornya banyak sekali, kalau tidak pandai-pandai menjual, tidak akan ditonton orang! Entah rela atau tidak, materi-materi berita dari 'orang-orang terkenal pada umumnya' itu sudah menjadi asset yang menggiurkan sekali untuk terus digulirkan dalam sebuah paket tontonan. Baik kisah sedih maupun happy.

Sepintas ada perasaan kasihan bagi 'orang-orang terkenal pada umumnya'itu. Kok mau-maunya menjadi bahan bulan-bulanan seperti itu. Itulah konsekwensinya, sering itu yang terlontar.

Tapi tunggu! Bagaimana dengan kita pemirsanya?

Kita yang setiap harinya dibangunkan dengan presenter-presenter dengan tingkah polah yang lucu. Tak terelakkan lagi, selain berita-berita aktual di pagi hari, mereka juga sudah berada bersama kita di tabung kaca itu. Atau ketika istirahat makan siang, disempatkan juga bertemu mereka, presenter-presenter dengan irama pelafalan yang hampir semuanya mirip!! Dan prime timenya, sore hari. Ketika semua orang pada umumnya berehat sejenak menjelang malam tiba. Bayangkan, mereka sudah sangat tahu kapan harus muncul mencuri perhatian kita. Menghibur mungkin lebih tepat.

Jadi bagaimana dengan kita pemirsanya? Apakah kita enjoy dengan sajian infotainment tersebut? Tertarikkah kita untuk terus mengikuti episode demi episode perceraian si A tadi? Atau sekedar penasaran siapa suami dari penyanyi itu. Atau malah nekat mengaku-ngaku sebagai ayah/ibu kandung salah satu 'orang-orang terkenal pada umumnya' itu? Dan bahkan mengirimkan jawaban-jawaban dari kuis-kuis tadi?

Kasihankah kita?

Mari kita pikirkan selama 30 menit ke depan!..Saya Diki Satya, undur diri dari hadapan Anda

3 Comments:

Blogger glenn_marsalim said...

seleb-seleb itu kan juga seneng masuk acara gituan.
buktinya mau aja diwawancara.
kalau mereka gak mau, juga bisa kok!

Friday, April 15, 2005 10:19:00 am  
Blogger celotehalia said...

Dewi Hughes dan Avin itu sapa sih?

So wat gitu loh.. so wat gitu looh...
*dinyanyikan dengan nada Sinanggartulo tulo ah tulooo*

Friday, April 15, 2005 11:24:00 am  
Blogger Bucin said...

glenn... kalo nolak diwawancara, ntar dikejar2 kaya' nicky astria

alia... ampuuun dijey... garing gak ketulungan

apa pun itu, ketika personalitas individu menjadi bagian dari keseharian masyarakat...
maka batas pribadi dan publik menjadi absurd
aku = kamu; kamu = aku
sad but true hiks hiks...

itu makanya gw mengundurkan diri dari dunia selebritis... batin gw gak kuat

Friday, April 15, 2005 12:37:00 pm  

Post a Comment

<< Home