Jakarta, kapan?..
Sore tadi hujan deras sekali. Dan gua terpaksa stuck di dalam taxi selama kurang lebih 1 jam untuk jarak yang tidak tergolong jauh, Kuningan – Warung Buncit.
Pemandangan lazim pun terpampang di depan -tentu saja macet-. Mobil-mobil berebutan jalur, pengendara motor berlindung di halte-halte bis dan juga fly over, pinggiran jalan mulai menggenang air. Sudah tak terelakkan lagi di Jakarta ini bahwa kalau hujan, pasti macet.
Awalnya gua selalu kesal dengan keadaan ini. Kenapa dalam keadaan hujan begini, mendadak sepertinya orang-orang menjadi semakin panik lantas membuat lalu lintas ruwet. Tidak hujan saja ruwet, apalagi hujan!
1 jam berada di kemacetan dan hujan akhirnya memberikan , at least dalam kesimpulan gua, jawaban bagi gua. Jawabannya adalah banjir. Air yang tadinya di pinggiran saja sekarang sudah mulai merembet ke tengah. Akan terlihat gila kalau ada orang yang bisa mengemudi dengan kecepatan yang tidak lambat dalam situasi seperti itu. Pastilah harus pelan-pelan. Antara menjaga untuk tidak menyembur orang, atau berhati-hati dengan ranjau lubang di jalanan. Tidak ada jalan yang tidak berlubang, bukan begitu?
Di jalanan saja banjir. Gimana dengan pemukiman dan daerah-daerah lain ya?
Mereka yang sering terkena jatah banjir pasti lebih tahu apa yang harus dilakukan. Mungkin mereka sudah bersiap-siap dengan perahu karet darurat. Menaikkan segala barang-barang agar tidak terkena air. Dan hajatan gotong royong pun segera terlaksana tanpa komando.
Kaya, miskin, tua, muda sama saja. Kalau urusan begini semua bisa kena. Tinggal pertanyaannya, kenapa bisa kena?
Mungkin bikin selokannya kurang gede, sehingga saluran air tidak terakomodir dengan baik.
Mungkin membangun bangunan di tempat yang tidak seharusnya, sehingga saluran air pun tidak terakomodir dengan baik.
Mungkin sampahnya udah kebanyakan, sehingga saluran air pun tidak terakomodir dengan baik.
Mungkin orang-orangnya juga harus berbenah juga, sehingga saluran air pun tidak terakomodir dengan baik.
Beberapa waktu lalu Aceh dan Nias disiram punah oleh air begitu saja dalam waktu sekejap. Tidak sampai 1 jam. Tidak juga 1 tahun. Tidak pula 1 periode masa jabatan gubernur.
Tidak ada aba-aba.
Jakarta?
Pemandangan lazim pun terpampang di depan -tentu saja macet-. Mobil-mobil berebutan jalur, pengendara motor berlindung di halte-halte bis dan juga fly over, pinggiran jalan mulai menggenang air. Sudah tak terelakkan lagi di Jakarta ini bahwa kalau hujan, pasti macet.
Awalnya gua selalu kesal dengan keadaan ini. Kenapa dalam keadaan hujan begini, mendadak sepertinya orang-orang menjadi semakin panik lantas membuat lalu lintas ruwet. Tidak hujan saja ruwet, apalagi hujan!
1 jam berada di kemacetan dan hujan akhirnya memberikan , at least dalam kesimpulan gua, jawaban bagi gua. Jawabannya adalah banjir. Air yang tadinya di pinggiran saja sekarang sudah mulai merembet ke tengah. Akan terlihat gila kalau ada orang yang bisa mengemudi dengan kecepatan yang tidak lambat dalam situasi seperti itu. Pastilah harus pelan-pelan. Antara menjaga untuk tidak menyembur orang, atau berhati-hati dengan ranjau lubang di jalanan. Tidak ada jalan yang tidak berlubang, bukan begitu?
Di jalanan saja banjir. Gimana dengan pemukiman dan daerah-daerah lain ya?
Mereka yang sering terkena jatah banjir pasti lebih tahu apa yang harus dilakukan. Mungkin mereka sudah bersiap-siap dengan perahu karet darurat. Menaikkan segala barang-barang agar tidak terkena air. Dan hajatan gotong royong pun segera terlaksana tanpa komando.
Kaya, miskin, tua, muda sama saja. Kalau urusan begini semua bisa kena. Tinggal pertanyaannya, kenapa bisa kena?
Mungkin bikin selokannya kurang gede, sehingga saluran air tidak terakomodir dengan baik.
Mungkin membangun bangunan di tempat yang tidak seharusnya, sehingga saluran air pun tidak terakomodir dengan baik.
Mungkin sampahnya udah kebanyakan, sehingga saluran air pun tidak terakomodir dengan baik.
Mungkin orang-orangnya juga harus berbenah juga, sehingga saluran air pun tidak terakomodir dengan baik.
Beberapa waktu lalu Aceh dan Nias disiram punah oleh air begitu saja dalam waktu sekejap. Tidak sampai 1 jam. Tidak juga 1 tahun. Tidak pula 1 periode masa jabatan gubernur.
Tidak ada aba-aba.
Jakarta?
1 Comments:
gak cuma di jakarta.
new york ya ngono,
jepang ya ngono,
london ya ngono,
paris ya ngono,
kalau hujan/salju pasti macet.
cuma bedanya, jalanannya gak berlubang-lubang.
bedanya, ada polisi yang mengatur.
bedanya, orang-orangnya lebih beradab dan tertib.
Post a Comment
<< Home