Priwiiiiiiit, Merah loe!!
Robin van Persie dari Arsenal terlibat duel dengan salah seorang pemain Westham United ketika hendak merebut bola. Pluit wasit segera berderit. Para pemain pun segera mengerubungi wasit sembari memberi argumennya. Dan ‘priiit!’ sekali lagi dibarengi dengan kartu kuning buat Teddy Sheringham. Lho?
Iya, ternyata Teddy terlalu bersemangat protes sehingga menurut si wasit dia berhak mendapat peringatan atas attitudenya tadi.
Beberapa waktu lalu Wayne Rooney dari MU juga begitu. Dikeluarkan dari lapangan karena aksi tidak senonohnya mengejek wasit dengan bertepuk tangan di hadapan wasit sebagai bentuk protes terhadap keputusan yang dia anggap sok asik.
Kelanjutan dari kejadian tadi menjadi tidak penting. Gua lebih tertarik akan sosok seorang wasit di lapangan tadi yang bisa berbuat absolut tanpa terbantah atas segala keputusannya. Mau ngasi kartu kuning kek, mau merah kek, mau berhentiin permainan kek, apa aja lah. Selagi masih dalam kisaran 90 menit permainan itu, boleh! Kalau pun nantinya ada keputusan yang tidak bijak atau pun salah, itu soal nanti. Mungkin bisa direvisi dan minta maaf.
Manusia gitu lho.
Kebayang ngga sih? Punya kekuasaan absolut seperti itu..
Mungkin dengan bermodalkan sempriwitan kita bisa berkendara di jalanan sambil mem’prat-prit’ orang-orang yang kita anggap layak mendapat peringatan dan bisa-bisa dikartu-merahkan dari jalanan. Satu solusi mimpi yang sangat menghibur di zaman sekarang ini. Pak polisi yang di jalan pun ringan bebannya.
Atau mungkin atasan kita yang sering kita anggap menyebalkan. Secara mungkin dia juga menganggap kita sebaliknya. Kalau suatu ketika kita menemukan konflik dengan dia, tinggal di‘prit’ aja. Selesai.
Hal ini berlaku juga untuk klien-klien (mungkin topik yang ini lebih banyak peminatnya. Ngaku aja lah) yang sering membuat hidup kita menderita dari yang kita bayangkan. Daripada capek mendengar keluhan mereka atau bertengkar dengan pemikiran-pemikiran mereka, kenapa gak dipriwit aja.
Beri peringatan. Keluarkan dari lapangan.
Hebat bukan?
...
Jadi teman-teman,
Sudah berapa kartu kuning yang kita dapatkan sampai akhirnya mendapat kartu merah?
Mungkin saja dari jalan raya beserta bangsat-bangsat jalanannya.
Mungkin juga dari bos yang menyebalkan tadi. Atau temen bos yang jadi klien itu.
Mungkin juga dari klien yang selalu benar itu.
Mungkin juga dari temen sendiri. Kekasih sendiri. Keluarga sendiri.
Lebih-lebih dari Tuhan.
Tuhan gitu lho.
Iya, ternyata Teddy terlalu bersemangat protes sehingga menurut si wasit dia berhak mendapat peringatan atas attitudenya tadi.
Beberapa waktu lalu Wayne Rooney dari MU juga begitu. Dikeluarkan dari lapangan karena aksi tidak senonohnya mengejek wasit dengan bertepuk tangan di hadapan wasit sebagai bentuk protes terhadap keputusan yang dia anggap sok asik.
Kelanjutan dari kejadian tadi menjadi tidak penting. Gua lebih tertarik akan sosok seorang wasit di lapangan tadi yang bisa berbuat absolut tanpa terbantah atas segala keputusannya. Mau ngasi kartu kuning kek, mau merah kek, mau berhentiin permainan kek, apa aja lah. Selagi masih dalam kisaran 90 menit permainan itu, boleh! Kalau pun nantinya ada keputusan yang tidak bijak atau pun salah, itu soal nanti. Mungkin bisa direvisi dan minta maaf.
Manusia gitu lho.
Kebayang ngga sih? Punya kekuasaan absolut seperti itu..
Mungkin dengan bermodalkan sempriwitan kita bisa berkendara di jalanan sambil mem’prat-prit’ orang-orang yang kita anggap layak mendapat peringatan dan bisa-bisa dikartu-merahkan dari jalanan. Satu solusi mimpi yang sangat menghibur di zaman sekarang ini. Pak polisi yang di jalan pun ringan bebannya.
Atau mungkin atasan kita yang sering kita anggap menyebalkan. Secara mungkin dia juga menganggap kita sebaliknya. Kalau suatu ketika kita menemukan konflik dengan dia, tinggal di‘prit’ aja. Selesai.
Hal ini berlaku juga untuk klien-klien (mungkin topik yang ini lebih banyak peminatnya. Ngaku aja lah) yang sering membuat hidup kita menderita dari yang kita bayangkan. Daripada capek mendengar keluhan mereka atau bertengkar dengan pemikiran-pemikiran mereka, kenapa gak dipriwit aja.
Beri peringatan. Keluarkan dari lapangan.
Hebat bukan?
Jadi teman-teman,
Sudah berapa kartu kuning yang kita dapatkan sampai akhirnya mendapat kartu merah?
Mungkin saja dari jalan raya beserta bangsat-bangsat jalanannya.
Mungkin juga dari bos yang menyebalkan tadi. Atau temen bos yang jadi klien itu.
Mungkin juga dari klien yang selalu benar itu.
Mungkin juga dari temen sendiri. Kekasih sendiri. Keluarga sendiri.
Lebih-lebih dari Tuhan.
Tuhan gitu lho.
2 Comments:
Alaa... Indonesia..
biar dapat kartu merah,
protesnya tetep aja gila. :P
Good point Alia! Very good indeed.
Btw, kemaren pegang Persija ya? PSMS di sini.
:)
Post a Comment
<< Home