Suka Nggak Suka, Ya Suka-Suka.
Gua pernah tinggal di Medan, Singapur, Bandung, Sydney dan sekarang di Jakarta. Dari kota-kota tersebut, di setiap tempat ibadah yang gua datangi selalu saja ada pendeta yang menjadi favorit. Biasanya yang masuk kategori favorit tersebut adalah pendeta yang berkhotbah dengan alur cerita yang menarik, mungkin jenaka, gampang dimengerti, dan yang pasti, pendeta tersebut pintar.
Setiap kali pendeta-pendeta tersebut yang akan berkhotbah, pastinya gua akan dengan tekun mendengarkan. Layaknya pelajaran matematika yang sedang menerangkan jalan pemecahannya ketimbang permasalahannya. Dibarengi senyum-senyum sumringah dan posisi duduk yang agak gelisah karena terlalu bersemangat.
Sebaliknya, kalau kebetulan pendetanya tidak begitu menarik atau bahkan tidak berkenan di hati, dengan ogah-ogahan gua mendengarkannya sambil berharap khotbah tersebut selesai dengan cepat. Dalam kesempatan lain, kalau tidak ngantuk, juga biasanya gua akan berargumentasi di dalam hati akan topik-topik yang diketengahkan. Entah itu protes, mengupas sendiri permasalahannya, atau bisa jadi akhirnya gua membuat teori sendiri.
Secara tidak sadar dua hal ‘like and dislike’ tadi sudah memberi buah pikiran sendiri buat gua. Hal yang disukai langsung dicerna dengan baik dan menjadi semangat tersendiri, sementara hal yang tidak begitu disukai menjadi bahan diskusi yang menarik juga. Dan diharapkan berbuah baik. Untuk tujuan yang baik, tentunya.
Jadi teringat buku “Lanturan Tapi Relevan”nya Budiman Hakim. Djito Kasilo pernah berucap kurang lebih begini: “Yang mendapati buku ini baik semoga berguna. Yang tidak suka buku ini, semoga berguna juga.” Bise aje lu, Mas!
Demikian juga halnya hasil Citra Pariwara tahun ini. (Penganugerahan karya iklan terbaik Indonesia, kurang lebih begitu.). Satu kabar menggembirakan telah menjadi kepunyaan teman-teman di McCann Erikson yang mendapat penghargaan Best of The Best.
Sebuah hal yang tidak begitu umum terdengar di kalangan industri iklan. Tanya kenapa? Hehehe..
Mungkin dari buku ngelantur itu, atau dalam keputusan best of the best tadi, ada saja pihak-pihak yang merasa kurang dan/atau tidak setuju akan hasil tersebut. Bahkan kalau mau ditarik lebih jauh lagi, kecewa. Silakanlah kecewa. Silakanlah protes. Silakan buat sendiri teorinya.
Kalau dari situ akan berbuah satu buah pemikiran yang lebih baik, bukankah itu baik?
Setiap kali pendeta-pendeta tersebut yang akan berkhotbah, pastinya gua akan dengan tekun mendengarkan. Layaknya pelajaran matematika yang sedang menerangkan jalan pemecahannya ketimbang permasalahannya. Dibarengi senyum-senyum sumringah dan posisi duduk yang agak gelisah karena terlalu bersemangat.
Sebaliknya, kalau kebetulan pendetanya tidak begitu menarik atau bahkan tidak berkenan di hati, dengan ogah-ogahan gua mendengarkannya sambil berharap khotbah tersebut selesai dengan cepat. Dalam kesempatan lain, kalau tidak ngantuk, juga biasanya gua akan berargumentasi di dalam hati akan topik-topik yang diketengahkan. Entah itu protes, mengupas sendiri permasalahannya, atau bisa jadi akhirnya gua membuat teori sendiri.
Secara tidak sadar dua hal ‘like and dislike’ tadi sudah memberi buah pikiran sendiri buat gua. Hal yang disukai langsung dicerna dengan baik dan menjadi semangat tersendiri, sementara hal yang tidak begitu disukai menjadi bahan diskusi yang menarik juga. Dan diharapkan berbuah baik. Untuk tujuan yang baik, tentunya.
Jadi teringat buku “Lanturan Tapi Relevan”nya Budiman Hakim. Djito Kasilo pernah berucap kurang lebih begini: “Yang mendapati buku ini baik semoga berguna. Yang tidak suka buku ini, semoga berguna juga.” Bise aje lu, Mas!
Demikian juga halnya hasil Citra Pariwara tahun ini. (Penganugerahan karya iklan terbaik Indonesia, kurang lebih begitu.). Satu kabar menggembirakan telah menjadi kepunyaan teman-teman di McCann Erikson yang mendapat penghargaan Best of The Best.
Sebuah hal yang tidak begitu umum terdengar di kalangan industri iklan. Tanya kenapa? Hehehe..
Mungkin dari buku ngelantur itu, atau dalam keputusan best of the best tadi, ada saja pihak-pihak yang merasa kurang dan/atau tidak setuju akan hasil tersebut. Bahkan kalau mau ditarik lebih jauh lagi, kecewa. Silakanlah kecewa. Silakanlah protes. Silakan buat sendiri teorinya.
Kalau dari situ akan berbuah satu buah pemikiran yang lebih baik, bukankah itu baik?
Nikmatnya kalau ide-ide, ingatan-ingatan, pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, bisa keluar." yogaadh@yahoo.com
3 Comments:
Yoga, Alia, Niken, Dito, Andry, Zaki,
Selamet Yeeeeeeeeeee!!!
McCann emang underdog banget yah hihhiihih
But its always nice,
saat yang di-remehkan kemudian muncul
dan membuktikan diri jadi juara =)
Congrats buat Woon, Onat, Anton, Chony, Alfie (the real winners from McCann)
=)
Yaaa, mungkin juga sih juri2nya ngelantur pas ngejuriin...
Selamet buat Grey yg akhirnya setelah jutaan tahun bisa dpt metal di awards show :D
Post a Comment
<< Home