Yang Goblok Ngacung!
“Dasar goblok!”
Kalimat sakti itu akhirnya keluar juga dari mulut gua. Baru saja ada kejadian yang mutlak
membuat gua harus bereaksi seperti itu. Ada orang yang tidak bisa membedakan kaca dan kertas. Ah sudahlah. Apa masalahnya menjadi tidak begitu penting lagi sekarang.
Goblok. Bodoh. Bego. Satu kalimat yang sangat gua hindari untuk keluar dari mulut gua, untuk didengar dan (sayangnya lagi) dialamatkan kepada orang lain. Walau jujur, kata-kata itu sering sekali bersliweran di pikiran gua setiap kali sesuatu yang mengesalkan terjadi. Tapi kan dalam hati. Biarlah gua sendiri yang tau, ya kan?
Dulu seorang mentor gua pernah bertukas “Menyebut orang goblok hanya akan membuat diri kita terlihat sedikit lebih pintar!”. Itulah yang jadi alasan kenapa gua pelit sekali memakai kata-kata tersebut. Selain tidak baik. Gua juga nggak ingin jadi orang yang terlihat sedikit lebih pintar tadi.
Tapi tidak dengan saat tadi gua mengumpat kata tersebut.
Ada suatu perasaan lega. Perasaan nyata. Seakan-akan kata itu menjelma menjadi satu sosok yang hidup. Bisa dipegang, bahkan ditempeleng. Plak! Puas. Ternyata ada fakta lain dari sekedar nasihat mentor gua tadi.
Bahwa, sesekali goblok itu harus dinyatakan. Untuk suatu fungsi yang benar dan diperlukan. Kalau memang goblok ya bilang goblok. Supaya jangan goblok (lagi). Atau jangan malah makin goblok.
Katakanlah dengan keyakinan dan tujuan yang baik. Terkadang sebuah nasihat tidak hanya keluar dari kalimat bijaksana yang memanjakan telinga dan hati untuk lantas dibawa menjadi semangat di hari Senin.
Dan sesekali, ada baiknya juga kita membuka diri kita untuk dibilang goblok. Secara orang lain akan terlihat sedikit lebih pintar, gituloch!!
Kalimat sakti itu akhirnya keluar juga dari mulut gua. Baru saja ada kejadian yang mutlak
membuat gua harus bereaksi seperti itu. Ada orang yang tidak bisa membedakan kaca dan kertas. Ah sudahlah. Apa masalahnya menjadi tidak begitu penting lagi sekarang.
Goblok. Bodoh. Bego. Satu kalimat yang sangat gua hindari untuk keluar dari mulut gua, untuk didengar dan (sayangnya lagi) dialamatkan kepada orang lain. Walau jujur, kata-kata itu sering sekali bersliweran di pikiran gua setiap kali sesuatu yang mengesalkan terjadi. Tapi kan dalam hati. Biarlah gua sendiri yang tau, ya kan?
Dulu seorang mentor gua pernah bertukas “Menyebut orang goblok hanya akan membuat diri kita terlihat sedikit lebih pintar!”. Itulah yang jadi alasan kenapa gua pelit sekali memakai kata-kata tersebut. Selain tidak baik. Gua juga nggak ingin jadi orang yang terlihat sedikit lebih pintar tadi.
Tapi tidak dengan saat tadi gua mengumpat kata tersebut.
Ada suatu perasaan lega. Perasaan nyata. Seakan-akan kata itu menjelma menjadi satu sosok yang hidup. Bisa dipegang, bahkan ditempeleng. Plak! Puas. Ternyata ada fakta lain dari sekedar nasihat mentor gua tadi.
Bahwa, sesekali goblok itu harus dinyatakan. Untuk suatu fungsi yang benar dan diperlukan. Kalau memang goblok ya bilang goblok. Supaya jangan goblok (lagi). Atau jangan malah makin goblok.
Katakanlah dengan keyakinan dan tujuan yang baik. Terkadang sebuah nasihat tidak hanya keluar dari kalimat bijaksana yang memanjakan telinga dan hati untuk lantas dibawa menjadi semangat di hari Senin.
Dan sesekali, ada baiknya juga kita membuka diri kita untuk dibilang goblok. Secara orang lain akan terlihat sedikit lebih pintar, gituloch!!
4 Comments:
gw mo komen apa ya... secara di blog gw juga udah ngaku kalo gw makin goblog dari hari ke hari.
bah, keduluan bucin nih comment-nya hehehe..., cuma mo bilang bahwa emang bener, kadang kita perlu ngeluarin kata goblok, bukan cuma buat yg bersangkutan, tapi sekaligus buat kita sendiri juga, biar ga sampe berbuat serupa dan dikatain goblok ma orang hehehe... -oettie
Gak usah ditahan-tahanlah,
ntar bisulan lho :)
Baiklah gua akan lebih bijaksana untuk menjadi orang bodoh..
Post a Comment
<< Home