Who Do We Think We Are
"Who do you think he are??"
Konon Sarah Azhari pernah berceloteh begitu pada sebuat tayangan infotainment. Beberapa waktu kemudian kalimat itu merebak luas menjadi suatu guyonan bernada cemoohan. Memang, mestinya dia mengatakan "Who do you think he is?"
Di kesempatan lain, gua juga sering tersenyum mendengar penyiar-penyiar radio yang membuka kalimat sapaannya dengan bahasa Inggris, pada kalimat pertama dan kedua, lantas kembali lagi dengan percakapan bahasa Indonesia. Menurut dugaan gua sih.. -dugaan lho ya- sepertinya dia kehabisan perbendaharaan kata-kata Inggris untuk diucapkan lalu kemudian menyerah kembali berbicara bahasa ibu.
Oh well, sepertinya bahasa Inggris ini menjadi satu isu yang cukup malu-maluin ya. Malu kalau ngga bisa, dan malu-maluin orang yang ngga (gitu) bisa.
Tapi kenapa mesti malu?
Gua tidak melihat kenapa kita harus malu untuk 'salah' berbahasa Inggris. Atau bahasa lain. Orang Rusia, Cina, Eropa dan Afrika yang tidak berbahasa ibu bahasa Inggris sering melakukan kesalahan dalam tata bahasa, pelafalan maupun dialek. Lebih menarik lagi, sesama
warga negara Inggris di Inggris sana sering tidak mengerti kawan senegaranya itu ngomong apa. Logat Scottish, Liverpool, Irish sering susah dimengerti (Parkinson, Ebet Kadarusman-nya Inggris pernah membahas ini dalam sebuah talk shownya).
Jadi kalau kita sering terdengar hanya menyebutkan "and then", "already", "that one"... biarlah itu juga menjadi ciri kita sendiri dalam berbahasa Inggris. Toh orang Thailand juga sering susah dicerna ngomong Inggrisnya.
Namun bahasa Inggris juga tidak kalah kayanya dengan bahasa Indonesia kita ini. Ketika mempelajari, mempraktekkannya, dan mencoba memahaminya, memang ada rangkaian-rangkaian pemikiran yang menarik dari bahasa ini. Tidak jarang kita temui bahasa Inggris tersebut bisa mencakupi sebuah penjelasan panjang lebar dari sebuah bahasa (bukan bahasa Indonesia saja. dll)
Mungkin itu yang membuat bahasa ini sangat universal. Bisa dimengerti banyak orang. Untuk berkomunikasi. Dan ini yang membuat kita perlu mempelajarinya dengan benar.
Jadi kenapa mesti malu?
Toh kita nggak lantas menjadi bule kalau bisa berbahasa Inggris.
• Sebuah tulisan di milis CCI.
Konon Sarah Azhari pernah berceloteh begitu pada sebuat tayangan infotainment. Beberapa waktu kemudian kalimat itu merebak luas menjadi suatu guyonan bernada cemoohan. Memang, mestinya dia mengatakan "Who do you think he is?"
Di kesempatan lain, gua juga sering tersenyum mendengar penyiar-penyiar radio yang membuka kalimat sapaannya dengan bahasa Inggris, pada kalimat pertama dan kedua, lantas kembali lagi dengan percakapan bahasa Indonesia. Menurut dugaan gua sih.. -dugaan lho ya- sepertinya dia kehabisan perbendaharaan kata-kata Inggris untuk diucapkan lalu kemudian menyerah kembali berbicara bahasa ibu.
Oh well, sepertinya bahasa Inggris ini menjadi satu isu yang cukup malu-maluin ya. Malu kalau ngga bisa, dan malu-maluin orang yang ngga (gitu) bisa.
Tapi kenapa mesti malu?
Gua tidak melihat kenapa kita harus malu untuk 'salah' berbahasa Inggris. Atau bahasa lain. Orang Rusia, Cina, Eropa dan Afrika yang tidak berbahasa ibu bahasa Inggris sering melakukan kesalahan dalam tata bahasa, pelafalan maupun dialek. Lebih menarik lagi, sesama
warga negara Inggris di Inggris sana sering tidak mengerti kawan senegaranya itu ngomong apa. Logat Scottish, Liverpool, Irish sering susah dimengerti (Parkinson, Ebet Kadarusman-nya Inggris pernah membahas ini dalam sebuah talk shownya).
Jadi kalau kita sering terdengar hanya menyebutkan "and then", "already", "that one"... biarlah itu juga menjadi ciri kita sendiri dalam berbahasa Inggris. Toh orang Thailand juga sering susah dicerna ngomong Inggrisnya.
Namun bahasa Inggris juga tidak kalah kayanya dengan bahasa Indonesia kita ini. Ketika mempelajari, mempraktekkannya, dan mencoba memahaminya, memang ada rangkaian-rangkaian pemikiran yang menarik dari bahasa ini. Tidak jarang kita temui bahasa Inggris tersebut bisa mencakupi sebuah penjelasan panjang lebar dari sebuah bahasa (bukan bahasa Indonesia saja. dll)
Mungkin itu yang membuat bahasa ini sangat universal. Bisa dimengerti banyak orang. Untuk berkomunikasi. Dan ini yang membuat kita perlu mempelajarinya dengan benar.
Jadi kenapa mesti malu?
Toh kita nggak lantas menjadi bule kalau bisa berbahasa Inggris.
• Sebuah tulisan di milis CCI.
4 Comments:
K1, K2 atau K3 nih???
Ngaku!!!
plis rid tempo megejin 12 nopember 2006 pezt 69
burung gereja:
busan thing?
yeah,.. banyak orang indonesia yang malu karena tidak bisa berbaha inggris,.. agak aneh emang karena orang inggris sendiri tidak malu kalo nggak bisa berbahasa indonesia,..
Post a Comment
<< Home