Tuesday, March 14, 2006

Semoga Lekas Sembuh

Dulu sewaktu masih sekolah, menderita sakit ringan seperti demam atau flu adalah kesempatan yang bisa jadi menguntungkan. Yoi, ngga usah masuk sekolah. Nggak mesti ketemu guru-guru nyebelin (entah kenapa di zaman gua, guru-guru itu adalah momok yang sama sekali tidak menyenangkan. Sangat jarang yang menyenangkan.). Ngga ada PR yang menunggu. Paling cuma kangen temen-temennya doang.
Bisa nonton TV seharian. Walau pun setelah ditelaah lagi, cuma sensasi kebebasan nonton TV di jam sekolah itu saja yang menyenangkan. Suguhan acara di TV mah itu-itu aja dari dulu. DAN SAMPAI SEKARANG. Bukan begitu?

Di masa kuliah dan kerja juga begitu. Fungsi sakit masih memiliki arti rancu. Antara benar-benar sakit, atau memang niat bolos. Entah sudah berapa praktek dokter permisif yang mau mengeluarkan surat dokter demi menjaga kelancaran administrasi instansi-instansi kita ini.

Sedikit perbedaannya dari masa kecil dulu adalah, kali ini kita harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit nominalnya. Baik yang bokis maupun beneran. Dan apalagi dokat tersebut sudah harus ditanggung kita sendiri. Moso ya mau ngibul minta ke ortu.

Sekalipun kita sakit beneran juga, biaya obat sekarang memang selangit. Makanya, sudah saatnya memang kita menjaga kesehatan dan stamina dengan baik. Hal-hal medik ini cukup merepotkan. Ya sakit, ya obatnya, ya surat dokternya, ya reimbursementnya.

Tapi sekarang ada yang lebih bikin gua tergerak untuk menjaga kesehatan.

2 hari ini anak gua, Kiara terserang pilek dan batuk. Dalam aktifitasnya sehari-hari tidak begitu banyak berpengaruh. Dia tetap ceria walau pun agak terbatas dalam staminanya. Tapi tetap terlihat enerjik.

Hingga saatnya tidur tiba, di sini lah letak permasalahannya. Hidungnya mampet. Dan tidak jarang dia harus terbatuk-batuk ketika tidur. Tidurnya gelisah, geser sana-sini mencari posisi yang enak. Telungkup ngga enak, baringan juga mampet. Repot banget.

Akhirnya dia menangis. Dan Kiara yang masih berumur 1,5 tahun pun cuma bisa ngomel dengan bahasanya sendiri. Kami hanya bisa mencoba menenangkan Kiara dengan sebaik-baiknya. Belum lagi Kiara sudah mulai mengenal apa yang namanya obat. Jadi begitu melihat sosok obat tersebut, dia sudah protes. Kami cuma bisa mengusahakan kesembuhannya dengan memberi makan yang cukup dan menjaga gerak-geriknya agar tidak terlalu membuat dia kelelahan. Selebihnya Kiara yang nentuin :)

Begitu deh. Melihat Kiara sakit itu rasanya nggak enaaak banget.
Pantesan aja dulu nyokap tuh kalo gua lagi sakit bawelnya banget-banget. Apa-apa aja aturan dia dulu memang gua lupa. Dan belum tentu juga apa yang nyokap gua ajarin plek-ketiplek gua ajarkan ke Kiara. Masing-masing pasti punya versinya lah. Tapi perasaannya sama: rasa kasian, iba, ngga rela dan pengen ngeliat dia sehat lagi.

Begini toh rasanya jadi orang tua.

3 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Kasih Breathy buat mampetnya. Tetes idung gitu deh, tapi itu bukan obat. Cuma air garam aja sebenernya. Amat membantu idung anak yg mampet. Makanya, quit smoking dong ahh. Udara kotor di rokum bisa bikin batuk tuh...(terdengar suara emak gw lamat-lamat :P)

Tuesday, March 14, 2006 5:23:00 pm  
Blogger dikisatya said...

Justru Breathy itu yang dilempar ama Kiara.. :)

setelah itu gua ama pronky sudah terlibat pembicaraan serius tentang anak. cukup kami saja yang tau. :D

Tuesday, March 14, 2006 5:47:00 pm  
Anonymous Anonymous said...

Temenku bilang:

Prinsip penyembuhan itu adalah hati yang bahagia.

Uhmm.. rada gak nyambung yah ama postingannya :P

Wednesday, March 15, 2006 4:40:00 pm  

Post a Comment

<< Home