Surat dari Tahun 2005
Gie, setelah masamu sudah banyak yang berubah. Tidak lagi kaisar Hirohito. Tembok Berlin sudah rubuh. Soviet pun sudah bubar berantakan. Dan masih banyak lagi perubahan dunia yang menjadi sejarah.
Tidak lagi Soeharto. Ada Habibie. Ada Gus Dur. Ada Megawati (putrinya Soekarno, presiden yang kau kritik itu). Dan sekarang Yudhoyono. Namun selain Soeharto, tidak ada yang pernah menjabat selama 5 tahun penuh. Jadi masing-masing sibuk dengan rencana ke depan yang selalu terputus oleh alih jabatan yang harus dimulai lagi dari nol. Dan sistem baru lagi. Dan orang baru lagi. Dan idealisme yang baru pula. Dan lagi-lagi dari nol.
Mahasiswa? Keren banget, Gie. Kalau dulu hanya dominasi UI dan perguruan tinggi negri lainnya, sekarang sudah sangat banyak mahasiswa yang mau turun ke jalan menyuarakan suara rakyat. Berikut dengan agenda yang beragam-ragam tiap minggunya.
Dari sekedar memaki pemerintah, mencoba-coba merubah peraturan, atau sekedar ikut-ikutan berpawai menyaingi badut yang mereka pertentangkan. Terkadang menjadi sangat sulit untuk membedakan duduk permasalahannya.
Rakyat kita pun sekarang sangat beragam, Gie. Tidak sepenuhnya seperti dulu, semuanya miskin. Jadi tidak semuanya juga peduli akan kemiskinan. Atau kesama-rataan. Atau persamaan hak. Atau apapun itu dalam dalil adil. Masih banyak koruptor, itu pasti. Tapi masih banyak juga yang memilih untuk tetap miskin. Biasanya mereka lebih memilih protes ketimbang berjuang memerangi kemiskinan itu sendiri.
Koe hebat ya, Gie. Perjalanan hidupmu di filemkan! Hanya saja kali ini idungmu mancung! Tetapi dengan referensi dan riset yang mendalam, kami-kami yang muda ini bisa kurang lebih menangkap apa yang dulu kamu teriakkan, walau pun teriakan itu lebih terdengar dari dengung hatimu. Bukan toa-toa sember.
Gua jadi mikir, Gie. Sekiranya kau hidup di zaman sekarang, di mana kau berada? Di ruang-ruang kampuskah? Di gunung-gunung sepikah? Atau masih bersembunyi dari rongrongan intel? Di hati para cecewe-cecewe kah?
Gua harap tidak sekedar tercetak di kaos-kaos pop sablonan a la Che Guavara..
Kangen abangku Yanto, 1968-1988.
Tidak lagi Soeharto. Ada Habibie. Ada Gus Dur. Ada Megawati (putrinya Soekarno, presiden yang kau kritik itu). Dan sekarang Yudhoyono. Namun selain Soeharto, tidak ada yang pernah menjabat selama 5 tahun penuh. Jadi masing-masing sibuk dengan rencana ke depan yang selalu terputus oleh alih jabatan yang harus dimulai lagi dari nol. Dan sistem baru lagi. Dan orang baru lagi. Dan idealisme yang baru pula. Dan lagi-lagi dari nol.
Mahasiswa? Keren banget, Gie. Kalau dulu hanya dominasi UI dan perguruan tinggi negri lainnya, sekarang sudah sangat banyak mahasiswa yang mau turun ke jalan menyuarakan suara rakyat. Berikut dengan agenda yang beragam-ragam tiap minggunya.
Dari sekedar memaki pemerintah, mencoba-coba merubah peraturan, atau sekedar ikut-ikutan berpawai menyaingi badut yang mereka pertentangkan. Terkadang menjadi sangat sulit untuk membedakan duduk permasalahannya.
Rakyat kita pun sekarang sangat beragam, Gie. Tidak sepenuhnya seperti dulu, semuanya miskin. Jadi tidak semuanya juga peduli akan kemiskinan. Atau kesama-rataan. Atau persamaan hak. Atau apapun itu dalam dalil adil. Masih banyak koruptor, itu pasti. Tapi masih banyak juga yang memilih untuk tetap miskin. Biasanya mereka lebih memilih protes ketimbang berjuang memerangi kemiskinan itu sendiri.
Koe hebat ya, Gie. Perjalanan hidupmu di filemkan! Hanya saja kali ini idungmu mancung! Tetapi dengan referensi dan riset yang mendalam, kami-kami yang muda ini bisa kurang lebih menangkap apa yang dulu kamu teriakkan, walau pun teriakan itu lebih terdengar dari dengung hatimu. Bukan toa-toa sember.
Gua jadi mikir, Gie. Sekiranya kau hidup di zaman sekarang, di mana kau berada? Di ruang-ruang kampuskah? Di gunung-gunung sepikah? Atau masih bersembunyi dari rongrongan intel? Di hati para cecewe-cecewe kah?
Gua harap tidak sekedar tercetak di kaos-kaos pop sablonan a la Che Guavara..
15 Comments:
Blog favorit gue, gue pindah ke blog loe aja deh dik. Bukan blognya sesek lagi.
kapan dong dik, visual iklan lu bisa seindah tulisan lu? gw menunggu.
jiwa dan semangatnya akan tetap hidup, tak perlu resah hanya karena di-ikon-kan dalam sablonan :)
setujuuuh...gie yang di pelem emang lebih mancung!
ps.
selalu lebih enak baca bukunya daripada nonton pelemnya
Ngepet...
Keduluan juga.
Baru gue mau bilang blog favorit gue sekarang pindah ke sini dariblognya Yoga...(yg kagak pernah ngapdet)!!
Ngepet lu Yog!!
Ngepet!
Yoga: iya nih. Gua juga mau deklarasi hal yang sama. Blog favorit gua sekarang blog lu.
Bucin: visual iklan? seperti apa itu?
mpokb: resah dong.. kalo semangatnya sebatas fashionista.. hehehe..
dek ririn: tapi gua mesti akui, terlepas dari mancung enggaknya, Nico mainnya bagus.
sesek: wah.. trimz banggeudz nih..
Jelek ahh tulisannya!! Bagusan cover CD bikinannya.
P, whoever you are, tengkyu banget lho. Ini membuktikan komentar Bucin salah!
Hehehe
Sek, Yog... trus yg ngefavoritin blog gw siapa dong? hiks... bucin.blogspot.com kan juga butuh perhatian.
Dik, gw kan ngomentarin iklan, bukan cover CD :p qeqeqe
Bucin,
lu harus nyatain dulu blog favorit lu itu blog siapa. qeqeqeqeqe..
Lagian, CD emang bukan untuk dijual ya? coba kamu pikir lagi deh.. sebagai seorang CD.
quaquaquaquaqua
Buat gue, film Gie punya beberapa kelemahan sih. Tetapi kesuksesannya, berhasil mengembalikan dia ke semesta pembicaraan bangsa ini. Siapa tahu dia punya obatna.
GIE ??
siapa dia ???
anonymus,
lu sendiri siapa??
mglin klo bkn nico, gie g bs booming kyk skr..tp ya..paling g pelem ni udah bikin generasi mtv tahu bhwa dulu ad mhsswa yang berkepribadian idealis:soe hok gie
Mus, (anonimus maksudnya)
Sekiranya felem ini gak dibintangi si mancung Nico, lu masih mau nonton gak? Gua gak yakin yang buat felem ini pengen felem ini booming semata. Mungkin sponsornya iya. :)
Post a Comment
<< Home