Tuesday, May 08, 2007

Orang Iklan Sama Saja

Apakah orang/insan/pekerja/wanna be iklan sama?

Bisa dibilang iya. Coba perhatikan kecenderungannya kalau sesama ‘kaum’ ini bertemu. Biasanya basa-basi itu dimulai dengan “Weits, di mana loe sekarang? Masih di kantor yang dulu?”. Setelah topik pembicaraan sudah sedikit garing (atau sudah capek membahas iklan-iklan buatan luar dan teman-temannya sendiri) kalimat andalan pun keluar lagi: “Trus, lagi pegang apa loe sekarang?” Atau “Gimana? Banyak pitching? Masih suka lembur?”. Setelah beberapa saat lagi, ketika pembicaraan garing lagi dan gak tau harus gimana lagi, tibalah saatnya berpisah. Kalimat pamungkas pun digelar: “Yo wes, calling-calling ya. Makan siang kek, ngopi kek, dugems kek.”. Tak lupa pesan sponsor “Ada SJ bagi-bagi doooong…”

Gua berani taruhan, tidak ada orang iklan yang belum pernah merasakan proses pembicaraan generik orang iklan tadi. Bagaimana tidak, industri iklan yang kalau dibandingkan dengan persentase profesi lain memang sangat kecil. Jumlah karyawan sebuah bank saja mungkin hanya nol koma nol sekian persen dibanding pekerja iklan. Belum lagi produsen obat, consumer goods, rokok dan lain sebagainya, you name it! Dan ironisnya pula, mereka-mereka itu adalah klien gua! Eh, kita.

Back to the topic, kenapa kita bisa sangat ‘tertebak alur kehidupannya’? Apakah lembur-lembur tak berkesudahan mengejar deadline yang membentuk tingkah laku kita ketika berekspresi pada malam-malam penganugerahan digelar? Itu lho, pakaian seragam dan kostum-kostum ciamik?

Atau seringnya kita berkelakar mengenai tingkah laku klien ini dan itu (bisa juga bos ktia sendiri) yang membuat kita punya pola mengejek yang sama dalam banyak hal? Lantas dalam beberapa storyline ‘inspirasi’ tersebut sering tersisip sebagai bagian dari twist.

Belum lagi urusan kritik-mengkritik iklan tadi. Ketika dipaparkan sebuah ide layout, storyline, storyboard dari sebuah brief, mendadak kita sensitif menilik di mana kekurangan-kekurangannya. Bak menonton timnas Indonesia (cabang olahraga mana saja) selalu kita menjadi penonton sekaligus juri dan pelatih yang handal memberikan instruksi ‘kalau saja’ atau ‘you should have..’

Masih kurang contoh? Coba tanya kenapa tulisan gua bisa dimuat di halaman ini. Dugaan terbesar adalah dari word of mouth-nya orang-orang iklan!! Yang mungkin dalam session ngopi-ngopinya tersebut beberapa nama. Atau melalui milis-milis iklan. Chatting Y!M, blogspot dan multiply. Perlu gua ulang bagaimana mereka-mereka ini bertemu? Silakan balik ke paragraf pertama.

Gua tidak akan protes dengan kecenderungan-kecenderungan ini. Biar gimana pun ini membuat dapur kita ngebul. Bagaimana menyikapinya, kita kembalikan ke pribadi masing-masing. Jelek enggaknya toh ini dunia kita.

Namun ada satu hal yang bikin gua tersentil tentang kesamaan orang-orang iklan ini. Khususnya di ‘kubu’ gua, kreatif.

Gua bisa tersenyum geli dan maklum ketika mendapat brief dengan kata ‘moderen’. Atau penulisan yang keliru akan ‘tone down’ menjadi ‘tone done’ dan proof reading lainnya. Bukan itu yang menyentil gengsi gua.

Gua sering mendapati sebuah ide diceritakan dengan kalimat pembuka “Ada sebuah kota…” Lantas biasanya cerita itu bertutur tentang keseragaman hal lain dan si produk yang menjadi pembeda/hero. Yak! Analogi. Memisalkan. Mengumpamakan. Dengan penjabaran lain, sebuah ide cerita yang kurang begitu bisa didapatkan dari kehidupan nyata lantas didramatisasikan menjadi sebuah… kota!

Satu, dua orang boleh-boleh saja. Tapi kenapa sering sekali ya? Sesama itukah kita?

Great minds think alike, that’s why it’s so dead boring.

Sebuah tulisan di majalah "The Maker" Vol.1 Maret 2007

7 Comments:

Blogger Unknown said...

Yak betul.
Sesama itulah kita...

SQ

Wednesday, May 09, 2007 6:03:00 pm  
Blogger rangga said...

+ you're saying this is a small world?

- no, it's a big world... with only seven stories in it.

100 bullets

Sunday, May 13, 2007 6:22:00 pm  
Anonymous Anonymous said...

apaan sih gak ngerti

Tuesday, May 22, 2007 6:50:00 pm  
Anonymous Anonymous said...

wah komen gue gak di approve
pilih pilihh ihhh

Thursday, May 31, 2007 12:43:00 am  
Blogger dikisatya said...

Sesek:
Diki vs Sesek = bapak ber-daughter.
Arsenal vs Liverpool = sepakbola.
Brainstorm vs AdWork = ahensi.
*sigh*...

Rangga:
Yes, please. I'd rather have 100 bullets in my head right now. Shoot.

Bimo:
Aiiiiiih kok aku pilih2 sih mas Biiiiim...

Thursday, May 31, 2007 2:28:00 am  
Blogger spuNkymoNky said...

This comment has been removed by the author.

Wednesday, June 06, 2007 6:24:00 am  
Blogger spuNkymoNky said...

fucking champion...! I love this article. Couldn't have worded it any better. I truly believe this is the universal ad industry plague...

The championing of frivolous values...

•~•~•

Wednesday, June 06, 2007 6:27:00 am  

Post a Comment

<< Home