MARI MEMILIH CALEG
OK. Semakin maraknya baliho-baliho calon legislatif dengan perangai yang sering membuat kita tersenyum semakin dekat pulalah waktunya untuk memilih.
Sudah tahu mau memilih siapa?
Saya juga sejujurnya belum. Dari sekian banyak muka mereka yang menghiasai (kalau tidak mau dibilang mengotori) pemandangan jalan di sekitar kita, yang tiba-tiba saja tersenyum, berwibawa, bersahabat atau malah seadanya hampir tidak ada muka yang saya kenal. Kecuali Pak Wiranto, mantan Pangab itu. Mereka tiba-tiba saja menjadi sosok tokoh yang diyakini akan membawa banyak perbaikan untuk masa depan... negeri kita yang dengan sedih saya cintai*. Mengenal latar belakang mereka saja susah, gimana mau menaruh harapan yang baik?
Pun demikian kali ini saya ingin keluar dari paham golput yang selama ini secara sengaja maupun tidak saya jalani. Sepertinya tidak ada faedahnya untuk membiarkan satu hak suara melayang begitu saja dan membiarkan sebuah keputusan bersama menjadi sistem yang kemudian kita hadapi lagi di kemudian hari, dan dikeluhkan lagi. Rugi toh? Mending dukung saja salah satu yang dianggap bisa mewakili kata hati kita.
Kata hati yang saya kedepankan tidak muluk-muluk seperti kalimat-kalimat patriotik atau menentramkan jiwa yang biasa kita temui di poster-poster itu. Saya lebih mengajak kita mengulas lagi pemandangan poster itu satu per satu. Coba kita lihat mana tampilan yang paling sesuai dengan selera kita. Biar bagaimana pun ini menyangkut selera. Kalau mengatakan ini masalah politik atau kepentingan rakyat sepertinya terlalu besar gambarannya kalau mau dikaitkan kepada pribadi masing-masing. Belum sampai ke situ juga kepentingan kita, dan mungkin juga kapasitas kita.
Mari kita lihat profil muka yang paling menarik. Bukan paling cantik atau gagah. Bukan paling dangdut atau rockstar. Mana yang benar-benar sungguh-sungguh membubuhkan foto dirinya secara bertanggung jawab untuk dipertontonkan ke khalayak ramai. Kita bisa menilai dari kesahajaan fotonya, ekspresi mukanya atau pakaian yang dikenakannya. Apakah pejabat wannabe, baru keluar dari salon, di samping tukang bakso, foto studio maupun secara candid. Semua effort tersebut biasanya mencerminkan pribadi masing-masing.
Kemudian mari kita baca headline-nya. Biasanya kalimat yang paling sederhana dan gampang dimengerti oleh anak kecil sekalipun, itulah yang paling sukses menyampaikan pesannya. Kita tahu yang klise. Kita tahu yang muluk-muluk. Tapi kita ingin membaca yang gampang dimengerti. Bukan selebaran iklan atau pengeras suara lagi yang harus menjelaskannya.
Lay out atau tampilan gambar yang disuguhkan juga punya peranan penting. Semakin genah sebuah tampilan semakin sederhana pesan yang disampaikan. Semuanya bersinergi untuk sebuah tampilan yang menarik dan pantas. Dari sini terlihat partai tersebut mempunyai struktur berpikir yang terencana dan rapi. Sukur-sukur indah. Yang bisa, mudah-mudahan, mencerminkan cara kerja mereka sekarang dan di kemudian hari. Dan tentu saja kita akan dengan mudah mengenali tampilan yang carut marut, old school, tidak enak dilihat dan tidak simpatik.
Tentu saja bagi yang sudah punya pilihan pasti silakan memilih dengan yakin. Atau yang harus mendukung salah satu saudaranya yang kebetulan ada di bursa caleg ini.
Ini hanya sekedar sumbang saran dari saya, seorang art director pengarah seni yang berkutat dengan hal-hal pencitraan dan penyampaian pesan di kesehariannya.
Dan yang pasti... lebih punya taste! :)
*dikutip dari Ayu Utami, di buku 'Bilangan Fu'.
Sudah tahu mau memilih siapa?
Saya juga sejujurnya belum. Dari sekian banyak muka mereka yang menghiasai (kalau tidak mau dibilang mengotori) pemandangan jalan di sekitar kita, yang tiba-tiba saja tersenyum, berwibawa, bersahabat atau malah seadanya hampir tidak ada muka yang saya kenal. Kecuali Pak Wiranto, mantan Pangab itu. Mereka tiba-tiba saja menjadi sosok tokoh yang diyakini akan membawa banyak perbaikan untuk masa depan... negeri kita yang dengan sedih saya cintai*. Mengenal latar belakang mereka saja susah, gimana mau menaruh harapan yang baik?
Pun demikian kali ini saya ingin keluar dari paham golput yang selama ini secara sengaja maupun tidak saya jalani. Sepertinya tidak ada faedahnya untuk membiarkan satu hak suara melayang begitu saja dan membiarkan sebuah keputusan bersama menjadi sistem yang kemudian kita hadapi lagi di kemudian hari, dan dikeluhkan lagi. Rugi toh? Mending dukung saja salah satu yang dianggap bisa mewakili kata hati kita.
Kata hati yang saya kedepankan tidak muluk-muluk seperti kalimat-kalimat patriotik atau menentramkan jiwa yang biasa kita temui di poster-poster itu. Saya lebih mengajak kita mengulas lagi pemandangan poster itu satu per satu. Coba kita lihat mana tampilan yang paling sesuai dengan selera kita. Biar bagaimana pun ini menyangkut selera. Kalau mengatakan ini masalah politik atau kepentingan rakyat sepertinya terlalu besar gambarannya kalau mau dikaitkan kepada pribadi masing-masing. Belum sampai ke situ juga kepentingan kita, dan mungkin juga kapasitas kita.
Mari kita lihat profil muka yang paling menarik. Bukan paling cantik atau gagah. Bukan paling dangdut atau rockstar. Mana yang benar-benar sungguh-sungguh membubuhkan foto dirinya secara bertanggung jawab untuk dipertontonkan ke khalayak ramai. Kita bisa menilai dari kesahajaan fotonya, ekspresi mukanya atau pakaian yang dikenakannya. Apakah pejabat wannabe, baru keluar dari salon, di samping tukang bakso, foto studio maupun secara candid. Semua effort tersebut biasanya mencerminkan pribadi masing-masing.
Kemudian mari kita baca headline-nya. Biasanya kalimat yang paling sederhana dan gampang dimengerti oleh anak kecil sekalipun, itulah yang paling sukses menyampaikan pesannya. Kita tahu yang klise. Kita tahu yang muluk-muluk. Tapi kita ingin membaca yang gampang dimengerti. Bukan selebaran iklan atau pengeras suara lagi yang harus menjelaskannya.
Lay out atau tampilan gambar yang disuguhkan juga punya peranan penting. Semakin genah sebuah tampilan semakin sederhana pesan yang disampaikan. Semuanya bersinergi untuk sebuah tampilan yang menarik dan pantas. Dari sini terlihat partai tersebut mempunyai struktur berpikir yang terencana dan rapi. Sukur-sukur indah. Yang bisa, mudah-mudahan, mencerminkan cara kerja mereka sekarang dan di kemudian hari. Dan tentu saja kita akan dengan mudah mengenali tampilan yang carut marut, old school, tidak enak dilihat dan tidak simpatik.
Tentu saja bagi yang sudah punya pilihan pasti silakan memilih dengan yakin. Atau yang harus mendukung salah satu saudaranya yang kebetulan ada di bursa caleg ini.
Ini hanya sekedar sumbang saran dari saya, seorang art director pengarah seni yang berkutat dengan hal-hal pencitraan dan penyampaian pesan di kesehariannya.
Dan yang pasti... lebih punya taste! :)
*dikutip dari Ayu Utami, di buku 'Bilangan Fu'.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home